Sunday, June 22, 2014

Jokowi Tidak Menguasai Materi Debat Capres Ketiga Tentang Politik Internasional dan Ketahanan Nasional

Calon presiden bernomor urut dua Joko Widodo, sering terlihat gugup dalam setiap acara Debat Capres. Dalam Debat Capres ketiga di Holiday Inn, Jakarta, Ahad (222/6) malam, dengan tema Politik Internasional dan Ketahanan Nasional, Jokowi sedikitnya melakukan blunder sebanyak lima kali, sebagaimana dilansir Inilah.com.

Pertama saat ditanya Capres nomor urut 1 Prabowo Subianto tentang Laut China Selatan, Jokowi menjawab Indonesia tidak punya kepentingan berarti di laut yang strategis itu. “Tadi saya kira pak Jokowi tidak mampu menjawab itu. Saya kira Jokowi tidak mengerti masalah itu,” kata wakil ketua umum Gerindra Fadli Zon, Ahad (22/6) malam.

Hal senada diungkap politisi Akbar Tanjung dan mantan Ketua MK Mahfud MD.

“Ya maaf, mungkin Jokowi tidak begitu menguasai banyak isu nasional terkait persoalan luar negeri. Ketahanan misalnya. Soal Laut China Selatan dia tidak paham betul, padahal itu kan perebutan kepentingan beberapa negara (atas) sumber daya alam di situ,” kata Akbar usai menghadiri debat ketiga antar-kandidat capres, di Jakarta, Ahad (22/6) malam.

“Ditanya Laut China Selatan, karena dia tidak mengerti Laut China Selatan itu ada kasus apa, jawabannya nggak nyambung, malah umum sekali,” kata Mahfud MD usai menghadiri Debat Capres Ketiga di Sunter Jakarta Utara, Ahad (22/6) malam.

Sebelumnya, Jokowi menyatakan tidak ingin ikut campur menangani konflik Laut China Selatan. Jika terpilih sebagai presiden, Jokowi ingin Indonesia tidak terseret pusaran masalah internasioal tanpa memberikan solusi yang jelas.

Jokowi menyampaikan pandangannya itu sebagai jawaban atas lontaran pertanyaan dari Prabowo. Menurut Jokowi, Indonesia tidak terlibat dalam ketegangan antar-negara-negara ASEAN terkait kawasan perairan tersebut.

“Itu urusan negara lain dan negara lain. Tapi kalau kita berperan, juga lebih baik. Tapi kalau kita tidak punya solusi yang benar, proses diplomasi yang kita lakukan tidak bermanfaat, untuk apa kita lakukan?” papar Jokowi.

Mendengar jawaban Jokowi, Prabowo sempat berupaya memperdalam pertanyaan dengan menambahkan informasi bahwa ada wilayah Indonesia yang turut diklaim dalam sengketa tersebut. Namun, Jokowi tetap menyatakan Indonesia tidak perlu ikut campur terlalu dalam pada masalah itu. “Setahu saya, dalam konflik Tiongkok itu, kita sama sekali tidak punya konflik,” ujar Jokowi yang memilih kata ‘Tiongkok’, bukan China, saat merespon klarifikasi dari Prabowo.

Blunder kedua Jokowi mengenai pertahanan dan ketahanan. Jokowi mengatakan ketahanan dan pertahanan adalah untuk merekrut TNI.

“Ketahanan itu seperti sumber daya air, alam, sedangkan pertahanan itu urusan TNI,” kata Mahfud MD dalam kesempatan yang sama.

Ketiga, Jokowi melakukan blunder tentang penjualan aset Indosat, oleh Megawati Soekarnoputri. Jokowi mengatakan, penjualan aset Indosat karena terjadi krisis, sedangkan krisis saat itu sudah berlalu. Seperti disampaikan Akbar Tandjung, yang dinilai ada kepentingan dan bukan karena ada krisis, karena penjualan Indosat terjadi pada tahun 2001-2002. Sedangkan krisis di Indonesia terjadi pada tahun 1998.

“Jadi sebetulnya nggak relevan krisis alasan utama, karena di balik itu ada kepentingan kan. Jual beli bukan karena dia bayangkan karena ada krisis 98-99, peristiwanya (penjualan Indosat) 2002, Megawati (tahun) 2002,” kata Akbar Tanjung.

Kemudian blunder keempat, soal kemerdekaan Palestina, kemerdekaan Palestina bukanlah program seorang capres, tetapi amanat konstitusi, seperti halnya disampaikan Presiden Partai Kesejahteraan Sosial (PKS) Anis Matta.

“Membantu kemerdekaan Palestina itu adalah tugas konstitusi kita, bagi siapa yang memimpin pemerintahan. Jadi itu bukan suatu yang spesifik. Itu sudah ada dalam konstitusi kita,” ungkapnya.

Dan blunder kelima Jokowi adalah perihal Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI seperti Tank Leopard dan Anoa. Menurutnya Leopard tidak cocok untuk Indonesia.

“Menurut saya Leopard penting, mengingat wilayah Indonesia yang besar, dalam menjaga pertahanan. Kan itu sudah dikaji oleh pakar-pakarnya. Vietnam saja pada perang terakhir, menggunakan Leopard dari Vietnam. Bukan hanya tank, kita juga perlu jet tempur, helikopter dan kapal selam,” jelas Prabowo dalam debatnya.

Sumber : here
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa kali bakal calon presiden (capres) nomor urut satu, Prabowo Subianto tampak mengamini apa yang diucapkan pesaingnya yang merupakan capres nomor urut dua Joko Widodo dalam Debat Capres putaran ketiga yang dihelat di Jakarta, Ahad (22/6) malam.
“Pak Prabowo selalu mengamini pernyataan dari siapapun sepanjang itu rasional dan sesuai dengan pendapatnya,” kata anggota Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Romahurmuziy usai acara Debat Capres.
Menurut pria yang akrab disapa Romi ini sikap yang ditunjukkan Prabowo tersebut menunjukkan kekesatriaannya dalam memberikan pendapat di setiap persoalan. Selain itu, lanjut Romi, Prabowo selalu melakukan penajaman pendapat manakala ada kesetujuan atau persetujuan terhadap pendapat yang disampaikan Jokowi.
“Sehingga bisa dikatakan sekali lagi bahwa, pertahanan nasional, politik internasional adalah makanan sehari-hari Prabowo Subianto,” ujar Romi.
Dalam enam segmen selama berlangsungnya Debat Capres putaran ketiga yang mengusung tema 'Politik Internasional dan Ketahanan Nasional', Prabowo terlihat mendominasi. Sebaliknya, kata Romi, sangat terbaca sekali keterbatasan perbendaharaan kata dan perbendaharaan situasi yang dikuasai oleh Jokowi.
"Apalagi ketika berbicara soal memodernisasi profil angkatan bersenjata, sama sekali tidak terjawab pertanyaan itu,” ujar Romi. Pun, terkait konflik yang terjadi tentang klaim di Laut Cina Selatan. Sangat terlihat, pada titik tersebut, Jokowi belum membaca atau mengetahui persoalannya.
“Padahal jelas-jelas bahwa Indonesia merupakan salah satu wilayah negara yang salah satu perbatasannya di klaim. Bagaimana mungkin Pak Jokowi mengatakan kita tidak terlibat sama sekali,” kata Romi.

Sumber : here

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ada berita ngelesnya nih. Baru nemu. Dari media yang jelas-jelas mendukung Jokowi

Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan puas dalam debat calon presiden ketiga. Karena dia dapat membuktikan bahwa dugaan dirinya tidak mengerti tentang politik luar negeri dan ketahanan nasional.

"Puas, katanya saya enggak ngerti soal ini itu tapi ngerti juga. Ditanya drones juga ngerti," jelasnya usai debat capres ketiga di Hotel Holiday Iin, Jakarta Utara, Minggu (22/6).

Jokowi mengungkapkan, apa yang disampaikannya sudah dipikirkan masak-masak bersama tim pemenangannya. Namun sayangnya waktu yang diberikan pihak panitia, Komisi Pemilihan Umum (KPU) terlalu singkat. Sehingga dia tidak dapat menjelaskan secara jelas.

"Apa yang sudah kita rancang yaitu yang saya sampaikan hanya waktunya dua tiga menit, mepet sekali. Sehingga tidak bisa menjelaskan secara detail. Tidak bisa menjelaskan secara jelas, karena waktunya mepet. Mungkin itulah keterbatasannya," tutupnya.

Sumber : here

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Maaf ya pak jokowi, anda memang terlihat kurang meyakinkan debat capres kemarin. Gaya dan cara bicara anda yang tidak faham materi itu terlihat jelas di debat kemarin. 
Ya sebenarnya gw share berita ini karena memang terlihat aneh debat capres kemarin, terutama dari jawaban beliau. Salah satu yang sedikit menyita perhatian gw saat ia membawa nama megawati di debat capres kemarin.
Dan Palestina? Menjadi anggota PBB? Haha, ini lawakan paling gila. Memang Indonesia punya peran besar di PBB? Oh ya, partai banteng anda bukannya menolak penutupan dolly? dan sekarnag bawa-bawa nama Palestina? Mungkin maksudnya mendukung Israel semakin mendominasi Palestina, wah tim sukses anda benar-benar hebat pak.
Yang menanyakan apa hubungan antara partai banteng dan pak jokowi? yang berpendapat jokowi ya jokowi, banteng ya banteng, itu adalah pendapat bodoh dan tolol yang pernah saya dengar. Tim sukses beliau (pak jokowi) dari banteng. Tentunya pendapat-pendapat banteng banyak menjadi masukan lah. Jangan idiot begitu, saya lelah. Maaf agak keras dalam isi tulisan saya. Tapi jujur aja, jika membawa isu palestina untuk menarik simpati kaum muslim, itu bullshit. Partai Banteng bahkan mengatakan munasharah (kampanye) Palestina adalah ancaman negara.
Gagal Paham dah..

Sama tolong ya pak jokowi, banyak lho penonton anda yang berasal dari rakyat. DAN NGGAK SEMUA RAKYAT NGERTI SAMA SINGKATAN-SINGKATAN YANG SERING ANDA UCAPKAN, contohnya gw. Dari debat ke dua (yang gw tonton, nggak tau de debat pertama), banyak sekali singkatan yang diucapkan sama bapak calon kita ini. Agar kelihatan intelek? Ingin menjebak calon saingan anda bapak prabowo? Jujur aja gw yang berpendidikan aja nggak tau makna singkatan dari yang banyak anda ucapkan, apalagi penonton dan rakyat biasa yang kurang pendidikannya?
Ah sudahlah..

Maaf saya tidak include berita metro TV, karena itu jelas media mainstream yang fanatik abis sama bapak calon presiden kita ini. Contohnya berita ini : here .Yang tidak tau konflik china selatan, anda dapat search langsung di google atau dengarkan pernyataan saya

China mengklaim semua yang ada dikawasan laut china selatan, adalah milik mereka. Termasuk pulau-pulau, kekayaan laut yang ada dibatas teritorial Filipina,Vietnam dan Indonesia. Pulau Natuna ini adalah milik Indonesia tapi China mengklaim itu adalah milik mereka. Nah, salah jika bapak jokowi mengatakan kalau itu bukan urusan kita, Dan kita tidak memiliki peran atas konflik itu. Perlu diketahui bahwa, Kepulauan Natuna memiliki cadangan gas alam terbesar di kawasan Asia Pasifik. Di dalam perut buminya juga bergelimang minyak. Tak hanya itu, di kepulauan yang terletak di teras depan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini menghampar aneka jenis terumbu karang yang sangat memukau.Dimana kita bisa menemukan berbagai material tambang seperti gas alam, minyak bumi, dan pasir kuarsa dalam jumlah besar? Jawabnya, Kepulauan Natuna. Kekayaan mineral tambang tersebut bukan hanya lerhampai di darat, tetapi juga tersebar bertaburan di bawah dasar laut. Nah, itulah kenapa China begitu bernafsu mengklaim pulau Natuna, dan negara asing pun mengincar pulau kecil ini. Pak jokowi BLUNDER HABIS kalau mengatakan itu bukan urusan kita. Tak heran pak Prabowo menggeleng tadi saat mendengar penjelasan beliau.

Lucunya bapak kita ini. Lucu sampai gw nangis. Kok bisa ya, dipuja-puja sama pendukung fanatik nya. Mual gw pengen muntah

Dah tulisan kali ini akan gw tutup dengan kata-kata :
"Semoga anda (Pak Jokowi) tetap menjadi Gubernur Jakarta dan selamanya menjadi calon presiden"
Calon presiden bernomor urut dua Joko Widodo, sering terlihat gugup dalam setiap acara Debat Capres. Dalam Debat Capres ketiga di Holiday Inn, Jakarta, Ahad (222/6) malam, dengan tema Politik Internasional dan Ketahanan Nasional, Jokowi sedikitnya melakukan blunder sebanyak lima kali, sebagaimana dilansir Inilah.com.
Pertama saat ditanya Capres nomor urut 1 Prabowo Subianto tentang Laut China Selatan, Jokowi menjawab Indonesia tidak punya kepentingan berarti di laut yang strategis itu. “Tadi saya kira pak Jokowi tidak mampu menjawab itu. Saya kira Jokowi tidak mengerti masalah itu,” kata wakil ketua umum Gerindra Fadli Zon, Ahad (22/6) malam.
Hal senada diungkap politisi Akbar Tanjung dan mantan Ketua MK Mahfud MD.
“Ya maaf, mungkin Jokowi tidak begitu menguasai banyak isu nasional terkait persoalan luar negeri. Ketahanan misalnya. Soal Laut China Selatan dia tidak paham betul, padahal itu kan perebutan kepentingan beberapa negara (atas) sumber daya alam di situ,” kata Akbar usai menghadiri debat ketiga antar-kandidat capres, di Jakarta, Ahad (22/6) malam.
“Ditanya Laut China Selatan, karena dia tidak mengerti Laut China Selatan itu ada kasus apa, jawabannya nggak nyambung, malah umum sekali,” kata Mahfud MD usai menghadiri Debat Capres Ketiga di Sunter Jakarta Utara, Ahad (22/6) malam.
Sebelumnya, Jokowi menyatakan tidak ingin ikut campur menangani konflik Laut China Selatan. Jika terpilih sebagai presiden, Jokowi ingin Indonesia tidak terseret pusaran masalah internasioal tanpa memberikan solusi yang jelas.
Jokowi menyampaikan pandangannya itu sebagai jawaban atas lontaran pertanyaan dari Prabowo. Menurut Jokowi, Indonesia tidak terlibat dalam ketegangan antar-negara-negara ASEAN terkait kawasan perairan tersebut.
“Itu urusan negara lain dan negara lain. Tapi kalau kita berperan, juga lebih baik. Tapi kalau kita tidak punya solusi yang benar, proses diplomasi yang kita lakukan tidak bermanfaat, untuk apa kita lakukan?” papar Jokowi.
Mendengar jawaban Jokowi, Prabowo sempat berupaya memperdalam pertanyaan dengan menambahkan informasi bahwa ada wilayah Indonesia yang turut diklaim dalam sengketa tersebut. Namun, Jokowi tetap menyatakan Indonesia tidak perlu ikut campur terlalu dalam pada masalah itu. “Setahu saya, dalam konflik Tiongkok itu, kita sama sekali tidak punya konflik,” ujar Jokowi yang memilih kata ‘Tiongkok’, bukan China, saat merespon klarifikasi dari Prabowo.
Blunder kedua Jokowi mengenai pertahanan dan ketahanan. Jokowi mengatakan ketahanan dan pertahanan adalah untuk merekrut TNI.
“Ketahanan itu seperti sumber daya air, alam, sedangkan pertahanan itu urusan TNI,” kata Mahfud MD dalam kesempatan yang sama.
Ketiga, Jokowi melakukan blunder tentang penjualan aset Indosat, oleh Megawati Soekarnoputri. Jokowi mengatakan, penjualan aset Indosat karena terjadi krisis, sedangkan krisis saat itu sudah berlalu. Seperti disampaikan Akbar Tandjung, yang dinilai ada kepentingan dan bukan karena ada krisis, karena penjualan Indosat terjadi pada tahun 2001-2002. Sedangkan krisis di Indonesia terjadi pada tahun 1998.
“Jadi sebetulnya nggak relevan krisis alasan utama, karena di balik itu ada kepentingan kan. Jual beli bukan karena dia bayangkan karena ada krisis 98-99, peristiwanya (penjualan Indosat) 2002, Megawati (tahun) 2002,” kata Akbar Tanjung.
Kemudian blunder keempat, soal kemerdekaan Palestina, kemerdekaan Palestina bukanlah program seorang capres, tetapi amanat konstitusi, seperti halnya disampaikan Presiden Partai Kesejahteraan Sosial (PKS) Anis Matta.
“Membantu kemerdekaan Palestina itu adalah tugas konstitusi kita, bagi siapa yang memimpin pemerintahan. Jadi itu bukan suatu yang spesifik. Itu sudah ada dalam konstitusi kita,” ungkapnya.
Dan blunder kelima Jokowi adalah perihal Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI seperti Tank Leopard dan Anoa. Menurutnya Leopard tidak cocok untuk Indonesia.
“Menurut saya Leopard penting, mengingat wilayah Indonesia yang besar, dalam menjaga pertahanan. Kan itu sudah dikaji oleh pakar-pakarnya. Vietnam saja pada perang terakhir, menggunakan Leopard dari Vietnam. Bukan hanya tank, kita juga perlu jet tempur, helikopter dan kapal selam,” jelas Prabowo dalam debatnya.
- See more at: http://salam-online.com/2014/06/lima-blunder-jokowi-di-debat-capres-ketiga.html#sthash.qW1FknO3.PztvE506.dpuf
Calon presiden bernomor urut dua Joko Widodo, sering terlihat gugup dalam setiap acara Debat Capres. Dalam Debat Capres ketiga di Holiday Inn, Jakarta, Ahad (222/6) malam, dengan tema Politik Internasional dan Ketahanan Nasional, Jokowi sedikitnya melakukan blunder sebanyak lima kali, sebagaimana dilansir Inilah.com.
Pertama saat ditanya Capres nomor urut 1 Prabowo Subianto tentang Laut China Selatan, Jokowi menjawab Indonesia tidak punya kepentingan berarti di laut yang strategis itu. “Tadi saya kira pak Jokowi tidak mampu menjawab itu. Saya kira Jokowi tidak mengerti masalah itu,” kata wakil ketua umum Gerindra Fadli Zon, Ahad (22/6) malam.
Hal senada diungkap politisi Akbar Tanjung dan mantan Ketua MK Mahfud MD.
“Ya maaf, mungkin Jokowi tidak begitu menguasai banyak isu nasional terkait persoalan luar negeri. Ketahanan misalnya. Soal Laut China Selatan dia tidak paham betul, padahal itu kan perebutan kepentingan beberapa negara (atas) sumber daya alam di situ,” kata Akbar usai menghadiri debat ketiga antar-kandidat capres, di Jakarta, Ahad (22/6) malam.
“Ditanya Laut China Selatan, karena dia tidak mengerti Laut China Selatan itu ada kasus apa, jawabannya nggak nyambung, malah umum sekali,” kata Mahfud MD usai menghadiri Debat Capres Ketiga di Sunter Jakarta Utara, Ahad (22/6) malam.
Sebelumnya, Jokowi menyatakan tidak ingin ikut campur menangani konflik Laut China Selatan. Jika terpilih sebagai presiden, Jokowi ingin Indonesia tidak terseret pusaran masalah internasioal tanpa memberikan solusi yang jelas.
Jokowi menyampaikan pandangannya itu sebagai jawaban atas lontaran pertanyaan dari Prabowo. Menurut Jokowi, Indonesia tidak terlibat dalam ketegangan antar-negara-negara ASEAN terkait kawasan perairan tersebut.
“Itu urusan negara lain dan negara lain. Tapi kalau kita berperan, juga lebih baik. Tapi kalau kita tidak punya solusi yang benar, proses diplomasi yang kita lakukan tidak bermanfaat, untuk apa kita lakukan?” papar Jokowi.
Mendengar jawaban Jokowi, Prabowo sempat berupaya memperdalam pertanyaan dengan menambahkan informasi bahwa ada wilayah Indonesia yang turut diklaim dalam sengketa tersebut. Namun, Jokowi tetap menyatakan Indonesia tidak perlu ikut campur terlalu dalam pada masalah itu. “Setahu saya, dalam konflik Tiongkok itu, kita sama sekali tidak punya konflik,” ujar Jokowi yang memilih kata ‘Tiongkok’, bukan China, saat merespon klarifikasi dari Prabowo.
Blunder kedua Jokowi mengenai pertahanan dan ketahanan. Jokowi mengatakan ketahanan dan pertahanan adalah untuk merekrut TNI.
“Ketahanan itu seperti sumber daya air, alam, sedangkan pertahanan itu urusan TNI,” kata Mahfud MD dalam kesempatan yang sama.
Ketiga, Jokowi melakukan blunder tentang penjualan aset Indosat, oleh Megawati Soekarnoputri. Jokowi mengatakan, penjualan aset Indosat karena terjadi krisis, sedangkan krisis saat itu sudah berlalu. Seperti disampaikan Akbar Tandjung, yang dinilai ada kepentingan dan bukan karena ada krisis, karena penjualan Indosat terjadi pada tahun 2001-2002. Sedangkan krisis di Indonesia terjadi pada tahun 1998.
“Jadi sebetulnya nggak relevan krisis alasan utama, karena di balik itu ada kepentingan kan. Jual beli bukan karena dia bayangkan karena ada krisis 98-99, peristiwanya (penjualan Indosat) 2002, Megawati (tahun) 2002,” kata Akbar Tanjung.
Kemudian blunder keempat, soal kemerdekaan Palestina, kemerdekaan Palestina bukanlah program seorang capres, tetapi amanat konstitusi, seperti halnya disampaikan Presiden Partai Kesejahteraan Sosial (PKS) Anis Matta.
“Membantu kemerdekaan Palestina itu adalah tugas konstitusi kita, bagi siapa yang memimpin pemerintahan. Jadi itu bukan suatu yang spesifik. Itu sudah ada dalam konstitusi kita,” ungkapnya.
Dan blunder kelima Jokowi adalah perihal Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI seperti Tank Leopard dan Anoa. Menurutnya Leopard tidak cocok untuk Indonesia.
“Menurut saya Leopard penting, mengingat wilayah Indonesia yang besar, dalam menjaga pertahanan. Kan itu sudah dikaji oleh pakar-pakarnya. Vietnam saja pada perang terakhir, menggunakan Leopard dari Vietnam. Bukan hanya tank, kita juga perlu jet tempur, helikopter dan kapal selam,” jelas Prabowo dalam debatnya.
- See more at: http://salam-online.com/2014/06/lima-blunder-jokowi-di-debat-capres-ketiga.html#sthash.qW1FknO3.PztvE506.dpuf
Calon presiden bernomor urut dua Joko Widodo, sering terlihat gugup dalam setiap acara Debat Capres. Dalam Debat Capres ketiga di Holiday Inn, Jakarta, Ahad (222/6) malam, dengan tema Politik Internasional dan Ketahanan Nasional, Jokowi sedikitnya melakukan blunder sebanyak lima kali, sebagaimana dilansir Inilah.com.
Pertama saat ditanya Capres nomor urut 1 Prabowo Subianto tentang Laut China Selatan, Jokowi menjawab Indonesia tidak punya kepentingan berarti di laut yang strategis itu. “Tadi saya kira pak Jokowi tidak mampu menjawab itu. Saya kira Jokowi tidak mengerti masalah itu,” kata wakil ketua umum Gerindra Fadli Zon, Ahad (22/6) malam.
Hal senada diungkap politisi Akbar Tanjung dan mantan Ketua MK Mahfud MD.
“Ya maaf, mungkin Jokowi tidak begitu menguasai banyak isu nasional terkait persoalan luar negeri. Ketahanan misalnya. Soal Laut China Selatan dia tidak paham betul, padahal itu kan perebutan kepentingan beberapa negara (atas) sumber daya alam di situ,” kata Akbar usai menghadiri debat ketiga antar-kandidat capres, di Jakarta, Ahad (22/6) malam.
“Ditanya Laut China Selatan, karena dia tidak mengerti Laut China Selatan itu ada kasus apa, jawabannya nggak nyambung, malah umum sekali,” kata Mahfud MD usai menghadiri Debat Capres Ketiga di Sunter Jakarta Utara, Ahad (22/6) malam.
Sebelumnya, Jokowi menyatakan tidak ingin ikut campur menangani konflik Laut China Selatan. Jika terpilih sebagai presiden, Jokowi ingin Indonesia tidak terseret pusaran masalah internasioal tanpa memberikan solusi yang jelas.
Jokowi menyampaikan pandangannya itu sebagai jawaban atas lontaran pertanyaan dari Prabowo. Menurut Jokowi, Indonesia tidak terlibat dalam ketegangan antar-negara-negara ASEAN terkait kawasan perairan tersebut.
“Itu urusan negara lain dan negara lain. Tapi kalau kita berperan, juga lebih baik. Tapi kalau kita tidak punya solusi yang benar, proses diplomasi yang kita lakukan tidak bermanfaat, untuk apa kita lakukan?” papar Jokowi.
Mendengar jawaban Jokowi, Prabowo sempat berupaya memperdalam pertanyaan dengan menambahkan informasi bahwa ada wilayah Indonesia yang turut diklaim dalam sengketa tersebut. Namun, Jokowi tetap menyatakan Indonesia tidak perlu ikut campur terlalu dalam pada masalah itu. “Setahu saya, dalam konflik Tiongkok itu, kita sama sekali tidak punya konflik,” ujar Jokowi yang memilih kata ‘Tiongkok’, bukan China, saat merespon klarifikasi dari Prabowo.
Blunder kedua Jokowi mengenai pertahanan dan ketahanan. Jokowi mengatakan ketahanan dan pertahanan adalah untuk merekrut TNI.
“Ketahanan itu seperti sumber daya air, alam, sedangkan pertahanan itu urusan TNI,” kata Mahfud MD dalam kesempatan yang sama.
Ketiga, Jokowi melakukan blunder tentang penjualan aset Indosat, oleh Megawati Soekarnoputri. Jokowi mengatakan, penjualan aset Indosat karena terjadi krisis, sedangkan krisis saat itu sudah berlalu. Seperti disampaikan Akbar Tandjung, yang dinilai ada kepentingan dan bukan karena ada krisis, karena penjualan Indosat terjadi pada tahun 2001-2002. Sedangkan krisis di Indonesia terjadi pada tahun 1998.
“Jadi sebetulnya nggak relevan krisis alasan utama, karena di balik itu ada kepentingan kan. Jual beli bukan karena dia bayangkan karena ada krisis 98-99, peristiwanya (penjualan Indosat) 2002, Megawati (tahun) 2002,” kata Akbar Tanjung.
Kemudian blunder keempat, soal kemerdekaan Palestina, kemerdekaan Palestina bukanlah program seorang capres, tetapi amanat konstitusi, seperti halnya disampaikan Presiden Partai Kesejahteraan Sosial (PKS) Anis Matta.
“Membantu kemerdekaan Palestina itu adalah tugas konstitusi kita, bagi siapa yang memimpin pemerintahan. Jadi itu bukan suatu yang spesifik. Itu sudah ada dalam konstitusi kita,” ungkapnya.
Dan blunder kelima Jokowi adalah perihal Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI seperti Tank Leopard dan Anoa. Menurutnya Leopard tidak cocok untuk Indonesia.
“Menurut saya Leopard penting, mengingat wilayah Indonesia yang besar, dalam menjaga pertahanan. Kan itu sudah dikaji oleh pakar-pakarnya. Vietnam saja pada perang terakhir, menggunakan Leopard dari Vietnam. Bukan hanya tank, kita juga perlu jet tempur, helikopter dan kapal selam,” jelas Prabowo dalam debatnya.
- See more at: http://salam-online.com/2014/06/lima-blunder-jokowi-di-debat-capres-ketiga.html#sthash.qW1FknO3.PztvE506.dpuf
Calon presiden bernomor urut dua Joko Widodo, sering terlihat gugup dalam setiap acara Debat Capres. Dalam Debat Capres ketiga di Holiday Inn, Jakarta, Ahad (222/6) malam, dengan tema Politik Internasional dan Ketahanan Nasional, Jokowi sedikitnya melakukan blunder sebanyak lima kali, sebagaimana dilansir Inilah.com.
Pertama saat ditanya Capres nomor urut 1 Prabowo Subianto tentang Laut China Selatan, Jokowi menjawab Indonesia tidak punya kepentingan berarti di laut yang strategis itu. “Tadi saya kira pak Jokowi tidak mampu menjawab itu. Saya kira Jokowi tidak mengerti masalah itu,” kata wakil ketua umum Gerindra Fadli Zon, Ahad (22/6) malam.
Hal senada diungkap politisi Akbar Tanjung dan mantan Ketua MK Mahfud MD.
“Ya maaf, mungkin Jokowi tidak begitu menguasai banyak isu nasional terkait persoalan luar negeri. Ketahanan misalnya. Soal Laut China Selatan dia tidak paham betul, padahal itu kan perebutan kepentingan beberapa negara (atas) sumber daya alam di situ,” kata Akbar usai menghadiri debat ketiga antar-kandidat capres, di Jakarta, Ahad (22/6) malam.
“Ditanya Laut China Selatan, karena dia tidak mengerti Laut China Selatan itu ada kasus apa, jawabannya nggak nyambung, malah umum sekali,” kata Mahfud MD usai menghadiri Debat Capres Ketiga di Sunter Jakarta Utara, Ahad (22/6) malam.
Sebelumnya, Jokowi menyatakan tidak ingin ikut campur menangani konflik Laut China Selatan. Jika terpilih sebagai presiden, Jokowi ingin Indonesia tidak terseret pusaran masalah internasioal tanpa memberikan solusi yang jelas.
Jokowi menyampaikan pandangannya itu sebagai jawaban atas lontaran pertanyaan dari Prabowo. Menurut Jokowi, Indonesia tidak terlibat dalam ketegangan antar-negara-negara ASEAN terkait kawasan perairan tersebut.
“Itu urusan negara lain dan negara lain. Tapi kalau kita berperan, juga lebih baik. Tapi kalau kita tidak punya solusi yang benar, proses diplomasi yang kita lakukan tidak bermanfaat, untuk apa kita lakukan?” papar Jokowi.
Mendengar jawaban Jokowi, Prabowo sempat berupaya memperdalam pertanyaan dengan menambahkan informasi bahwa ada wilayah Indonesia yang turut diklaim dalam sengketa tersebut. Namun, Jokowi tetap menyatakan Indonesia tidak perlu ikut campur terlalu dalam pada masalah itu. “Setahu saya, dalam konflik Tiongkok itu, kita sama sekali tidak punya konflik,” ujar Jokowi yang memilih kata ‘Tiongkok’, bukan China, saat merespon klarifikasi dari Prabowo.
Blunder kedua Jokowi mengenai pertahanan dan ketahanan. Jokowi mengatakan ketahanan dan pertahanan adalah untuk merekrut TNI.
“Ketahanan itu seperti sumber daya air, alam, sedangkan pertahanan itu urusan TNI,” kata Mahfud MD dalam kesempatan yang sama.
Ketiga, Jokowi melakukan blunder tentang penjualan aset Indosat, oleh Megawati Soekarnoputri. Jokowi mengatakan, penjualan aset Indosat karena terjadi krisis, sedangkan krisis saat itu sudah berlalu. Seperti disampaikan Akbar Tandjung, yang dinilai ada kepentingan dan bukan karena ada krisis, karena penjualan Indosat terjadi pada tahun 2001-2002. Sedangkan krisis di Indonesia terjadi pada tahun 1998.
“Jadi sebetulnya nggak relevan krisis alasan utama, karena di balik itu ada kepentingan kan. Jual beli bukan karena dia bayangkan karena ada krisis 98-99, peristiwanya (penjualan Indosat) 2002, Megawati (tahun) 2002,” kata Akbar Tanjung.
Kemudian blunder keempat, soal kemerdekaan Palestina, kemerdekaan Palestina bukanlah program seorang capres, tetapi amanat konstitusi, seperti halnya disampaikan Presiden Partai Kesejahteraan Sosial (PKS) Anis Matta.
“Membantu kemerdekaan Palestina itu adalah tugas konstitusi kita, bagi siapa yang memimpin pemerintahan. Jadi itu bukan suatu yang spesifik. Itu sudah ada dalam konstitusi kita,” ungkapnya.
Dan blunder kelima Jokowi adalah perihal Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI seperti Tank Leopard dan Anoa. Menurutnya Leopard tidak cocok untuk Indonesia.
“Menurut saya Leopard penting, mengingat wilayah Indonesia yang besar, dalam menjaga pertahanan. Kan itu sudah dikaji oleh pakar-pakarnya. Vietnam saja pada perang terakhir, menggunakan Leopard dari Vietnam. Bukan hanya tank, kita juga perlu jet tempur, helikopter dan kapal selam,” jelas Prabowo dalam debatnya.
- See more at: http://salam-online.com/2014/06/lima-blunder-jokowi-di-debat-capres-ketiga.html#sthash.qW1FknO3.PztvE506.dpuf

No comments:

Post a Comment

Your Comment is Our Order, Your Majesty