Wednesday, June 18, 2014

BEROBAT DI PUSKESMAS DI JAKARTA GRATIS? ADALAH BOHONG!

Maaf sekali saya memposting ini. Tapi sangatlah menyedihkan jika anda membaca kisah yang dituturkan oleh beliau.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sumber : here





Ya Allah, Tega nian Gubernur Jokowi Menipu Rakyatnya. Siapa bilang dengan KJS (Kartu Jakarta Sehat) boleh berobat gratis? Buktinya tadi pagi saya & anak saya berobat di Poli Mata di Puskesmas Kec.Cilincing Jakarta Utara, bayar!
Memang bayarnya sih murah, Rp 15.000,- per Orang. Itu kalau lagi pas si pasien punya uang/ bawa uang.Di ruang tunggu loket, saya yg mendapat nomer antrian 90 melihat kenyataan yg memilukan. Apa itu? Seorang bapak tua, aki-aki asli Betawi, memakai kos bergambar Jokowi sedang marah2 di loket.
"Gile lu. Katanya pake KJS berobat Gratis!"
"Maaf pak, itu bukan kebijakan kami (pengelola Puskesmas maksudnya), itu kebijakan Pemda DKI (Gubernur Jokowi maksudnya)."
Mana bapak tua itu tahu kalau sejak Januari 2014 lalu berobat di Puskesmas sudah tidak gratis lagi alias bayar!
Celakanya, karena dulu dan bahkan tadi malam Jokowi berkoar-koar di TV , di DEBAT CAPRES, yang ditonton oleh Jutaan Rakyat Indonesia, katanya dengan kartu ini penduduk Indonesia yg kurang mampu BISA BEROBAT GRATIS, lagi-2 dia klaim seperti di Jakarta (dengan Sistem KJS). Buktinya? BOHONG!!
Si bapak tua tadi, marah2 lantaran di dompetnya cuma ada uang Rp 7.000,-, sedangkan tarif yg wajib dia bayar Rp 15.000,-! Yang membuat si bapak tua itu kesal, pihak Puskesmas Kelurahan Rorotan, tempat di mana dia tinggal, karena tidak ada poli mata, menyarankan si bapak tua tadi untuk berobat di Puskesmas Kecamatan.
Tadi malam si bapak tua itu rupanya juga nonton DEBAT CAPRES, dan dia dulu pernah berobat gratis pake KJS, maka dia berani datang berobat mata ke Puskesmas tingkat kecamatan. Perlu anda ketahui, si bapak tua itu untuk menuju Puskesmas tersebut dari rumahnya di wilayah Rorotan mengeluarkan ongkos Rp 7.000,- (dua kali naik angkot, KWK 05; Rp 4.000 + Rp 3.000). Nah, hari itu si bapak tua punya uang hanya Rp 30.000,-. Maka dia membawa Rp 14.000 pas tuk sekedar ongkos angkot ke puskesmas PP, sisanya tuk belanja Istrinya di rumah.
Ibu-2 yg berjilbab lebar melerai bapak tua yg marah2 itu. Dan dia membayarkan tarif Poli Mata si bapak berkaos bergambar Jokowi, agar tidak ada keributan di puskesmas.
"Gua Sumpahin Jokowi Belangsak! Tega2nya nipu rakyat miskin! Gua jijik pake kaos ini. Ntar dirumah kaos ini gua bakar, biar tetangga pada tahu kelakuan Jokowi. Bacot doang gede..."
Ketika saya & anak saya menunggu di depan ruang Poli Mata, banyak pasien mengeluh; "Katanya gratis. Koq ini bayar.."
Setelah saya & anak saya diperiksa mata oleh dokter, lalu dikasih masing2 dua lembar resep. "Yang ini obatnya silahkan diambil di ruang obat. Sedangkan yg ini karena stok obatnya tidak ada, harap dibeli di apotik pak.." Ujar dokter.
Saya sih gak keberatan, karena saya alhamdulillah punya uang. Lah, si bapak tua berkoas gambar Jokowi tadi, gimana mau beli obat di apotik? Uangnya saja cuma Rp 7.000, itu pun untuk ongkos pulang ke rumahnya. Tadi aja, untung ada ibu2 berjilbab lebar yg baik hati, yg mau bayarin tarif Poli Mata si bapak.
Saudara-saudari ku sebangsa setanah air. Tadi saja, saya dibonceng naik motor oleh istri, keliling mencari apotik tuk nebus resep. Sudah tiga apotik yg kami datangi tidak ada obat yg dimaksud dalam resep dokter. Dan baru ada di apotik yg keempat yg kami datangi. Kami menebus obat yg sama namun beda merk, itupun setelah dokter yg kebetulan ada di apotek tersebut memberikan penjelasan, bahwa isi kandungan obatnya sama.
Sontak terpikirlah olehku bagaimana nasib si bapak tua tadi.
"Ya Allah, Jangan Kau Hinakan Bangsa Kami dengan Pemimpin Yang Menipu Rakyatnya. Ya, Alloh Kasihanilah kami. Berilah kami Pemimpin Yg Tidak Suka Berbohong. Amin."

No comments:

Post a Comment

Your Comment is Our Order, Your Majesty