Saturday, March 19, 2011

Jangan berkata TIDAK




Jangan pernah berkata TIDAK.


Kenapa pula kita harus berkata “tidak”? Apakah saat kita menjumpai problem yang sulit dan kita sudah mencapai puncak kemampuan lalu berkata tidak kepada diri sendiri “saya tidak bisa “ ? atau kata-kata lain dalam keadaan-keadaan “saya tidak mampu”,“saya tidak mau”,” saya tidak perlu” dan beragam macam kata Tidak yang kita rangkai dalam sebuah kalimat?


Ketika pikiran negative( “TIDAK” ) melingkupi pikiran kita, maka ketika kita menjumpai hal yang sama atau sejenis dengan problem yang kita lewati maka pikiran negative itu akan datang dan menghalangi kita dari perkembangan semestinya. Kita tidak akan pernah melewati batasan kita dalam berpikir. Karena pikiran negative itu dapat datang dari lingkungan atau diri anda sendiri. Dan hal yang paling kuat untuk mempengaruhi anda adalah pikiran “tidak” dari dalam diri anda sendiri.


Pikirkan pikiran positive. Hilangkan kata “tidak” dari dalam kata-kata kita. Kita bukanlah manusia dengan pikiran-pikiran negative yang hanya membuat kita terhalang dari kemajuan. Kita bisa dan pasti selalu mampu, karena kita adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan.

Jangan berkata TIDAK




Jangan pernah berkata TIDAK.


Kenapa pula kita harus berkata “tidak”? Apakah saat kita menjumpai problem yang sulit dan kita sudah mencapai puncak kemampuan lalu berkata tidak kepada diri sendiri “saya tidak bisa “ ? atau kata-kata lain dalam keadaan-keadaan “saya tidak mampu”,“saya tidak mau”,” saya tidak perlu” dan beragam macam kata Tidak yang kita rangkai dalam sebuah kalimat?


Ketika pikiran negative( “TIDAK” ) melingkupi pikiran kita, maka ketika kita menjumpai hal yang sama atau sejenis dengan problem yang kita lewati maka pikiran negative itu akan datang dan menghalangi kita dari perkembangan semestinya. Kita tidak akan pernah melewati batasan kita dalam berpikir. Karena pikiran negative itu dapat datang dari lingkungan atau diri anda sendiri. Dan hal yang paling kuat untuk mempengaruhi anda adalah pikiran “tidak” dari dalam diri anda sendiri.


Pikirkan pikiran positive. Hilangkan kata “tidak” dari dalam kata-kata kita. Kita bukanlah manusia dengan pikiran-pikiran negative yang hanya membuat kita terhalang dari kemajuan. Kita bisa dan pasti selalu mampu, karena kita adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan.

Belajar dari bayi

Pernahkan anda perhatikan saat balita belajar berjalan? Ia akan menangis, namun kemudian akan kembali bangkit untuk kembali berjalan.


Cermatilah perkembangan mereka, dan kita akan mendapatkan sesuatu yang berharga dari mereka. Dan bahwa semangat mereka dapat kita contoh dalam kaitannya dengan kesuksesan kita.


Saat bayi bangkit dari merangkaknya ke fase berdiri dan kemudian melangkah, adakah bayi yang saat jatuh lalu tidak bagkit lagi karena takut kembali jatuh untuk yang kedua kalinya? Tentu saja tidak ada, dan jika itu benar-benar terjadi maka dunia ini akan dipenuhi dengan generasi manusia yang merangkak sepanjang kehidupannya.


Saat bayi belajar berbicara, apakah mereka akan langsung dapat berbicara lancar seperti orang dewasa? Tentulah ada kedua orang tuanya yang senantiasa mengajariia berbicara.


Dari dua hal, kita dapat mengambil pelajaran bahwa manusia sepanjang kehidupannya pasti bergantung dengan orang lain, tidak ada yang benar-benar sendirian. Kita tidak pernah benar-benar sendirian. Dan hal lain yang kita dapatkan adalah, bahwa semangat pantang menyerah dan terus bangkit dalam diri bayi yang dapat kita jadikan penyemangat dalam meraih impian kita kedepannya. Gagal itu biasa, namun ketika bangkit dari kegagalan itu adalah hal yang paing luar biasa.


Belajarlah dari bayi. Karena mereka adalah fase dimana kita berada dahulu.

Belajar dari bayi

Pernahkan anda perhatikan saat balita belajar berjalan? Ia akan menangis, namun kemudian akan kembali bangkit untuk kembali berjalan.


Cermatilah perkembangan mereka, dan kita akan mendapatkan sesuatu yang berharga dari mereka. Dan bahwa semangat mereka dapat kita contoh dalam kaitannya dengan kesuksesan kita.


Saat bayi bangkit dari merangkaknya ke fase berdiri dan kemudian melangkah, adakah bayi yang saat jatuh lalu tidak bagkit lagi karena takut kembali jatuh untuk yang kedua kalinya? Tentu saja tidak ada, dan jika itu benar-benar terjadi maka dunia ini akan dipenuhi dengan generasi manusia yang merangkak sepanjang kehidupannya.


Saat bayi belajar berbicara, apakah mereka akan langsung dapat berbicara lancar seperti orang dewasa? Tentulah ada kedua orang tuanya yang senantiasa mengajariia berbicara.


Dari dua hal, kita dapat mengambil pelajaran bahwa manusia sepanjang kehidupannya pasti bergantung dengan orang lain, tidak ada yang benar-benar sendirian. Kita tidak pernah benar-benar sendirian. Dan hal lain yang kita dapatkan adalah, bahwa semangat pantang menyerah dan terus bangkit dalam diri bayi yang dapat kita jadikan penyemangat dalam meraih impian kita kedepannya. Gagal itu biasa, namun ketika bangkit dari kegagalan itu adalah hal yang paing luar biasa.


Belajarlah dari bayi. Karena mereka adalah fase dimana kita berada dahulu.

Membuat catatan hidup





Hidup ini hanya terdiri dari tiga hari. Kemarin, hari ini, dan esok. Kemarin adalah sejarah, esok adalah harapan dan hari ini adalah kenyataan. Apa yang anda alami hari ini adalah gambaran dari hari kemarin yang telah anda lalui. Sejarah yang telah anda torehkan dalam kehidupan dapat menjadi ingatan yang terus terbayangkan.


Dapatkan anda bayangkan, jika kehidupan yang anda lalui ini akan selalu diingat oleh orang lain?


Menjadikan Alur Kehidupan kita dapat menjadi motivasi semangat bagi orang lain?


Akankah alur hidup ini akan menghilang saat jasad terkubur ditimbun dengan tanah?


Janganlah jadikan kehidupan anda sia –sia.


Jadikan iringan tangis orang-orang mengiringi kepergian anda. Bukanlah mereka malah tertawa menyaksikan anda menghilang dari kehidupan mereka.


Jadikan hidup ini sebagai catatan yang dapat terus diingat oleh orang-orang setelah anda. Menjadi nilai emas dalam kehidupan yang hanya sementara ini.


Catatan abadi, catatan sepanjang masa, catatan tentang kehidupan kita.


“Pikirkan dengan baik hari kemarin, jadikan sebagai pelajaran untuk menempuh hari ini dan anda tidak akan pernah mengkhawatirkan akan masa depan”< L >

Membuat catatan hidup





Hidup ini hanya terdiri dari tiga hari. Kemarin, hari ini, dan esok. Kemarin adalah sejarah, esok adalah harapan dan hari ini adalah kenyataan. Apa yang anda alami hari ini adalah gambaran dari hari kemarin yang telah anda lalui. Sejarah yang telah anda torehkan dalam kehidupan dapat menjadi ingatan yang terus terbayangkan.


Dapatkan anda bayangkan, jika kehidupan yang anda lalui ini akan selalu diingat oleh orang lain?


Menjadikan Alur Kehidupan kita dapat menjadi motivasi semangat bagi orang lain?


Akankah alur hidup ini akan menghilang saat jasad terkubur ditimbun dengan tanah?


Janganlah jadikan kehidupan anda sia –sia.


Jadikan iringan tangis orang-orang mengiringi kepergian anda. Bukanlah mereka malah tertawa menyaksikan anda menghilang dari kehidupan mereka.


Jadikan hidup ini sebagai catatan yang dapat terus diingat oleh orang-orang setelah anda. Menjadi nilai emas dalam kehidupan yang hanya sementara ini.


Catatan abadi, catatan sepanjang masa, catatan tentang kehidupan kita.


“Pikirkan dengan baik hari kemarin, jadikan sebagai pelajaran untuk menempuh hari ini dan anda tidak akan pernah mengkhawatirkan akan masa depan”< L >

Jika Nabi Muhammad datang ke rumahmu


Jika Nabi Muhammad datang ke rumahmu,


Untuk meluangkan waktu sehari dua hari bersamamu,


Tanpa kabar apa-apa sebelumnya,


Apakah yang akan kau lakukan untuknya?



Akankah kau sembunyikan buku duniamu,


Lau kau keluarkan dengan cepat kitab hadist di rak buku?


Atau akankah kau sembunyikan majalah-majalahmu,


Dan kau hiasi mejamu dengan Al-Qur’an yang telah berdebu?



Akankah kau masih melihat film X di TV,


Atau dengan cepat kau matikan sebelum dilihat Nabi?


Maukah kau mengajak Nabi berkunjung ke tempat yang biasa kau datangi,


Ataukah dengan cepat rencanamu kau ganti?



Akankah kau bahagia jika Nabi memperpanjang kunjungannya,


Atau kau malah tersiksa karena banyak yang harus kau sembunyikan darinya?



Jika Nabi Muhammad tiba-tiba ingin menyaksikan,


Akankah kau tetap mengerjakan pekerjaan yang sehari-hari kau lakukan?


Akankah kau berkata-kata seperti apa yang kau biasa katakana?


Akankah hidupmu berjalan wajar seakan Nabi tidak bertandang ke rumahmu?



Sangatlah menarik untuk tahu


Apa yang akan kau lakukan


Jika Nabi Muhammad datang, mengetuk pintu rumahmu


< Sebagai pengingat bagi seluruh muslim di dunia >


< Ingat Nabimu, jadikan suri tauladan dalam kehidupanmu>

Jika Nabi Muhammad datang ke rumahmu


Jika Nabi Muhammad datang ke rumahmu,


Untuk meluangkan waktu sehari dua hari bersamamu,


Tanpa kabar apa-apa sebelumnya,


Apakah yang akan kau lakukan untuknya?



Akankah kau sembunyikan buku duniamu,


Lau kau keluarkan dengan cepat kitab hadist di rak buku?


Atau akankah kau sembunyikan majalah-majalahmu,


Dan kau hiasi mejamu dengan Al-Qur’an yang telah berdebu?



Akankah kau masih melihat film X di TV,


Atau dengan cepat kau matikan sebelum dilihat Nabi?


Maukah kau mengajak Nabi berkunjung ke tempat yang biasa kau datangi,


Ataukah dengan cepat rencanamu kau ganti?



Akankah kau bahagia jika Nabi memperpanjang kunjungannya,


Atau kau malah tersiksa karena banyak yang harus kau sembunyikan darinya?



Jika Nabi Muhammad tiba-tiba ingin menyaksikan,


Akankah kau tetap mengerjakan pekerjaan yang sehari-hari kau lakukan?


Akankah kau berkata-kata seperti apa yang kau biasa katakana?


Akankah hidupmu berjalan wajar seakan Nabi tidak bertandang ke rumahmu?



Sangatlah menarik untuk tahu


Apa yang akan kau lakukan


Jika Nabi Muhammad datang, mengetuk pintu rumahmu


< Sebagai pengingat bagi seluruh muslim di dunia >


< Ingat Nabimu, jadikan suri tauladan dalam kehidupanmu>

Saturday, March 12, 2011

Antara Ayah, Anak, dan Burung Gagak





3252254225_70cd45fd3f3


Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya,


“Nak, apakah benda itu?”


“Burung gagak”, jawab si anak.


Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit kuat,


“Itu burung gagak, Ayah!”


Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.


Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama


diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,


“BURUNG GAGAK!!”


Si ayah terdiam seketika.


Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang


serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal


kepada si ayah,


“Itu gagak, Ayah.”


Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang kesabaran dan menjadi marah.


“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali Ayah bertanya soalhal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan????


Itu burung gagak, burung gagak, Ayah…..”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.


Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan.


Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama.


“Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,” pinta si Ayah.


Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.


“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba


seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan


bertanya,


“Ayah, apa itu?”


Dan aku menjawab, “Burung gagak.”


Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku


menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi


rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya.


“Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”


Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,


“Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah.”


Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya memohon ampun atas apa yg telah ia perbuat.


* * * * *


Setiap shalat kita berdoa kepada kedua orang tua kita. Meminta Allah untuk menyayangi mereka seperti menyayangi kita di masa kecil. Hidup mereka dicurahkan untuk kita, tapi apa yang kita berikan pada mereka? Islam mengajarkan untuk berbakti kepada kedua orang tua, apa itu sekadar teori atau sudah kita amalkan dengan baik tanpa rasa keluhan?.


Teman, sadarkan diri kita. Mereka yang merawat kita, tanpa mereka kita tidak akan ada di dunia ini. Minta maaflah pada mereka. Jagalah perasaan mereka berdua. Tidak ada hak kita untuk memarahi mereka. Karena seandainya mereka adalah bos, maka kita adalah pegawai kantoran.


Ingatlah! Banyak ilmu bukanlah kunci untuk memasuki surga Allah swt. RidhoNya ada di ridho orang tua. Dan murkaNya ada pula di murka orang tua.

Antara Ayah, Anak, dan Burung Gagak





3252254225_70cd45fd3f3


Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya,


“Nak, apakah benda itu?”


“Burung gagak”, jawab si anak.


Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit kuat,


“Itu burung gagak, Ayah!”


Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.


Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama


diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,


“BURUNG GAGAK!!”


Si ayah terdiam seketika.


Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang


serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal


kepada si ayah,


“Itu gagak, Ayah.”


Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang kesabaran dan menjadi marah.


“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali Ayah bertanya soalhal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan????


Itu burung gagak, burung gagak, Ayah…..”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.


Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan.


Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama.


“Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,” pinta si Ayah.


Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.


“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba


seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan


bertanya,


“Ayah, apa itu?”


Dan aku menjawab, “Burung gagak.”


Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku


menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi


rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya.


“Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”


Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,


“Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah.”


Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya memohon ampun atas apa yg telah ia perbuat.


* * * * *


Setiap shalat kita berdoa kepada kedua orang tua kita. Meminta Allah untuk menyayangi mereka seperti menyayangi kita di masa kecil. Hidup mereka dicurahkan untuk kita, tapi apa yang kita berikan pada mereka? Islam mengajarkan untuk berbakti kepada kedua orang tua, apa itu sekadar teori atau sudah kita amalkan dengan baik tanpa rasa keluhan?.


Teman, sadarkan diri kita. Mereka yang merawat kita, tanpa mereka kita tidak akan ada di dunia ini. Minta maaflah pada mereka. Jagalah perasaan mereka berdua. Tidak ada hak kita untuk memarahi mereka. Karena seandainya mereka adalah bos, maka kita adalah pegawai kantoran.


Ingatlah! Banyak ilmu bukanlah kunci untuk memasuki surga Allah swt. RidhoNya ada di ridho orang tua. Dan murkaNya ada pula di murka orang tua.

shalat dalam sehari


Qiyamullail cuma dua raka’at, masih dengan rasa kantuk yang menyengat, dengan cepat menyelesaikannya demi melanjutkan istirahat. Shubuh pun terlewat, matahari sudah terbit dan kita baru sujud. Dhuha yang hanya dua raka’at pun diabaikan, karena banyaknya pekerjaan kantor yang harus diselesaikan.


Saat waktu dzuhur datang, memilih makan siang. Saat ditanya alasan, “Nanti kerjaan susah mikirnya”. Selesai makan, tanpa sadar berbincang dengan teman sekantor hingga waktu istirahat pun habis dimakan senda gurau. Dzuhur pun terlewat.


Waktu ashar tidak jauh berbeda. Teringat dzuhur belum shalat, lalu dijama’ dengan ashar. Minimnya waktu membuat hanya membaca surah pendek. Ketika shalat berpikir ke kerjaan yang belum selesai. Selesai shalat, langsung bergegas kembali ke ruangan kantor, tanpa doa’, tanpa meminta.


Ketika maghrib, terjebak kemacetan. Menunggu dalam mobil yang dipakai. Kadang memaki karena disalip. Melihat masjid di samping jalan, namun memilih terus berjalan karena mobil di depan telah melaju.


Kala isya, tak ada perbedaan. Tubuh telah lelah. Dan langsung rebah ke kasur yang empuk.


Apakah kehidupan kita hanyaseperti itu saja? Atau tak jauh berbeda?. Padahal shalat adalah tiang agama. Saat ditimbang di yaumullakhir( hari akhir) nanti, shalatlah yang dinilai pertama kali. Ketika pondasi bangunan dinilai cacat, maka seluruh bangunan akan dinilai cacat




sujud1

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”<Al Hadid ayat 20>

shalat dalam sehari


Qiyamullail cuma dua raka’at, masih dengan rasa kantuk yang menyengat, dengan cepat menyelesaikannya demi melanjutkan istirahat. Shubuh pun terlewat, matahari sudah terbit dan kita baru sujud. Dhuha yang hanya dua raka’at pun diabaikan, karena banyaknya pekerjaan kantor yang harus diselesaikan.


Saat waktu dzuhur datang, memilih makan siang. Saat ditanya alasan, “Nanti kerjaan susah mikirnya”. Selesai makan, tanpa sadar berbincang dengan teman sekantor hingga waktu istirahat pun habis dimakan senda gurau. Dzuhur pun terlewat.


Waktu ashar tidak jauh berbeda. Teringat dzuhur belum shalat, lalu dijama’ dengan ashar. Minimnya waktu membuat hanya membaca surah pendek. Ketika shalat berpikir ke kerjaan yang belum selesai. Selesai shalat, langsung bergegas kembali ke ruangan kantor, tanpa doa’, tanpa meminta.


Ketika maghrib, terjebak kemacetan. Menunggu dalam mobil yang dipakai. Kadang memaki karena disalip. Melihat masjid di samping jalan, namun memilih terus berjalan karena mobil di depan telah melaju.


Kala isya, tak ada perbedaan. Tubuh telah lelah. Dan langsung rebah ke kasur yang empuk.


Apakah kehidupan kita hanyaseperti itu saja? Atau tak jauh berbeda?. Padahal shalat adalah tiang agama. Saat ditimbang di yaumullakhir( hari akhir) nanti, shalatlah yang dinilai pertama kali. Ketika pondasi bangunan dinilai cacat, maka seluruh bangunan akan dinilai cacat




sujud1

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”<Al Hadid ayat 20>

Tuesday, March 8, 2011

Waktu Manusia


Berapa jam yang ada dalam sehari? Berapa pula menit dalam waktu sejam? Dan terakhir, berapa banyak detik dalam semenit? Mungkin pertanyaan ini sudah dapat kita jawab di luar kepala. 24 jam, 60 menit, dan 60 detik, mudah dan cepat, pertanyaan SD.


Kalau begitu, mungkin saya akan menambahkan satu pertanyaan lain. Berapa banyak manusia yang membuang waktunya dalam waktu sehari itu? Actually, saya tidak memakai kata “Memanfaatkan”, saya malah menggantinya dengan kata membuang. Karena pernyataan negatif akan lebih cepat melekat di otak manusia dibandingkan dengan kata-kata penyemangat positif.


Kita mulai dari saat bangun tidur. Berapa waktu yang anda pakai untuk tidur dalam sehari? 8 jam? Atau lebih dari 8 jam? Atau mungkin lebih kurang dari itu? Kalau begitu mari kita ambil asumsi waktu yang terpakai untuk tidur sekitar 7 jam.


Berikutnya, berapa waktu yang anda pakai untuk menunggu sesuatu( seperti menunggu angkutan umum, mobil yang dipanaskan, atau menunggu antrian mandi, atau mungkin bengong merenung dan sebagainya)? Mari ambil kembali asumsi 4 jam.


Berikutnya, berapa waktu yang dipakai untuk mengobrol ngalur ngidul atau berkata – kata yang tidak jelas? Waktu yang dipakai untuk menggunjing atau mengumpat? Satukan seluruhnya dalam satu group. Dan Ambil kembali asumsi untuk melakukan perbuatan itu selama 2 jam.


Kalau semua perhitungan itu mendekati keakuratan, maka dapat kita pastikan bahwa selama 13 jam itu kita tidak mendapatkan apa-apa atau tidak bermanfaat. Waktu hanya terbuang seperti angin lalu, tanpa adanya hal yang diperoleh dari waktu yang terbuang itu.


Bagaimana dengan sisa waktu yang 10 jam? Hanya anda yang tahu sendiri…


Renungkan sejenak. Janganlah tulisan ini menjadi penyemangat sementara saja. Hidup manusia yang sementara janganlah menjadikan ingatan kita menjadi sementara. Jadikan waktu yang kita manfaatkan semakin berarti. Berubahlah! Sebelum waktu menghimpit kita dalam kegelapan yang pekat. Hingga kita tak sadar akan pentingnya waktu, before it’s too late….

Waktu Manusia


Berapa jam yang ada dalam sehari? Berapa pula menit dalam waktu sejam? Dan terakhir, berapa banyak detik dalam semenit? Mungkin pertanyaan ini sudah dapat kita jawab di luar kepala. 24 jam, 60 menit, dan 60 detik, mudah dan cepat, pertanyaan SD.


Kalau begitu, mungkin saya akan menambahkan satu pertanyaan lain. Berapa banyak manusia yang membuang waktunya dalam waktu sehari itu? Actually, saya tidak memakai kata “Memanfaatkan”, saya malah menggantinya dengan kata membuang. Karena pernyataan negatif akan lebih cepat melekat di otak manusia dibandingkan dengan kata-kata penyemangat positif.


Kita mulai dari saat bangun tidur. Berapa waktu yang anda pakai untuk tidur dalam sehari? 8 jam? Atau lebih dari 8 jam? Atau mungkin lebih kurang dari itu? Kalau begitu mari kita ambil asumsi waktu yang terpakai untuk tidur sekitar 7 jam.


Berikutnya, berapa waktu yang anda pakai untuk menunggu sesuatu( seperti menunggu angkutan umum, mobil yang dipanaskan, atau menunggu antrian mandi, atau mungkin bengong merenung dan sebagainya)? Mari ambil kembali asumsi 4 jam.


Berikutnya, berapa waktu yang dipakai untuk mengobrol ngalur ngidul atau berkata – kata yang tidak jelas? Waktu yang dipakai untuk menggunjing atau mengumpat? Satukan seluruhnya dalam satu group. Dan Ambil kembali asumsi untuk melakukan perbuatan itu selama 2 jam.


Kalau semua perhitungan itu mendekati keakuratan, maka dapat kita pastikan bahwa selama 13 jam itu kita tidak mendapatkan apa-apa atau tidak bermanfaat. Waktu hanya terbuang seperti angin lalu, tanpa adanya hal yang diperoleh dari waktu yang terbuang itu.


Bagaimana dengan sisa waktu yang 10 jam? Hanya anda yang tahu sendiri…


Renungkan sejenak. Janganlah tulisan ini menjadi penyemangat sementara saja. Hidup manusia yang sementara janganlah menjadikan ingatan kita menjadi sementara. Jadikan waktu yang kita manfaatkan semakin berarti. Berubahlah! Sebelum waktu menghimpit kita dalam kegelapan yang pekat. Hingga kita tak sadar akan pentingnya waktu, before it’s too late….

Indonesia Negaraku

“Kapan ya Indonesia berubah?”
“Malu saya jadi orang Indonesia”
“Pokoknya saya harus pindah keluar negeri, ninggalin ni negeri “
Itulah sekelumit perkataan yang meluncur dari mulut bangsa ini. Kebanyakan mengeluh akan kondisi . menyumpah kepada para pejabat yang korupsi. Menghina para petinggi yang duduk di kursi jabatan.
Memang kalau dilihat, saat ini bangsa Indonesia sedang dilanda kemelut berat. Sepertinya bukan saat ini ya, dari dulu mungkin. Korupsi, kolusi, nepotisme dan berbagai problematika yang seakan nggak ada habisnya.
Sampah dimana-mana. Ada salah seorang yang berkata kepada saya, “ Wajar sih, Negara ini nggak berubah. Sudah susah dibedain mana sampah mana orang”. Begitu miriskah paradigm para remaja sekarang. Menganggap bahwa bangsa sendiri terbelakang.
Namun, pernahkan mereka berpikir, dan barangkali anda sekalian bahwa dimanakah sebenarnya anda tinggal. Negara mana yang anda singgahi atau mungkin anda pernah singgahi ?. Menyediakan anda tempat tinggal hingga saat ini ?. Sungguh, Negara melambangkan kondisi dari rakyatnya. Karena yang mencerminkan Negara ini ya pasti penduduknya.
Marilah kita sekadar menengok ke sejarah dahulu kala. Saat bangsa kita berhadapan dengan penjajah. Kira-kira apa yang akan terjadi kalau bangsa ini membenci Negaranya sendiri?.
Sadarlah wahai saudaraku, janganlah menyesali kalau anda terlahir sebagai orang Indonesia. Anda menyesal itupun adalah sesuatu hal yang percuma. Timbulkan atau mungkin tumbuhkan rasa nasionalisme anda. Sadarlah bahwa kita memiliki banyak potensi di Negara ini, baik rakyat ataupun sumber daya alam yang mana dapat kita manfaatkan.
Terus Maju Indonesiaku. Hanya untukmu, Indonesia Raya…

Indonesia Negaraku

“Kapan ya Indonesia berubah?”
“Malu saya jadi orang Indonesia”
“Pokoknya saya harus pindah keluar negeri, ninggalin ni negeri “
Itulah sekelumit perkataan yang meluncur dari mulut bangsa ini. Kebanyakan mengeluh akan kondisi . menyumpah kepada para pejabat yang korupsi. Menghina para petinggi yang duduk di kursi jabatan.
Memang kalau dilihat, saat ini bangsa Indonesia sedang dilanda kemelut berat. Sepertinya bukan saat ini ya, dari dulu mungkin. Korupsi, kolusi, nepotisme dan berbagai problematika yang seakan nggak ada habisnya.
Sampah dimana-mana. Ada salah seorang yang berkata kepada saya, “ Wajar sih, Negara ini nggak berubah. Sudah susah dibedain mana sampah mana orang”. Begitu miriskah paradigm para remaja sekarang. Menganggap bahwa bangsa sendiri terbelakang.
Namun, pernahkan mereka berpikir, dan barangkali anda sekalian bahwa dimanakah sebenarnya anda tinggal. Negara mana yang anda singgahi atau mungkin anda pernah singgahi ?. Menyediakan anda tempat tinggal hingga saat ini ?. Sungguh, Negara melambangkan kondisi dari rakyatnya. Karena yang mencerminkan Negara ini ya pasti penduduknya.
Marilah kita sekadar menengok ke sejarah dahulu kala. Saat bangsa kita berhadapan dengan penjajah. Kira-kira apa yang akan terjadi kalau bangsa ini membenci Negaranya sendiri?.
Sadarlah wahai saudaraku, janganlah menyesali kalau anda terlahir sebagai orang Indonesia. Anda menyesal itupun adalah sesuatu hal yang percuma. Timbulkan atau mungkin tumbuhkan rasa nasionalisme anda. Sadarlah bahwa kita memiliki banyak potensi di Negara ini, baik rakyat ataupun sumber daya alam yang mana dapat kita manfaatkan.
Terus Maju Indonesiaku. Hanya untukmu, Indonesia Raya…