Monday, December 30, 2013

Televisi, Masihkan anda menonton acara televisi sekarang?

Kisah ini gw copy paste dari kaskus dan sejujurnya gw setuju banget sama agan satu ini.
Industri televisi kita memang di ambang kehancuran. Rusak dan isinya kebanyakan hal bodoh semua.
Gw boleh jujur. Adek gw bahkan terpengaruh sama hal-hal busuk di televisi macam nonton YKS ( Yuk Keep Smile ). Ni acara emang lucu ya? haha. lucu banget sampe gw muntah.
Sintal perkomedian indonesia semakin memburuk. Lawakan menghina orang, komedi tepung, moralitas yang makin jelek, dan sebagainya. Sudahlah capek membahasnya.
Langsung aja gan cekidot artikel threadnya :

Setujukah Agan Bahwa Sekarang Adalah Masa Terburuk Pertelevisian Tanah Air?

Oke gan sesuai judul aja sebelum isi POLLING ada baiknya agan baca dulu biar mata terbuka. Dan ingat ini hanya untuk pembaca cerdas dan kritis, Kalau agan penikmat acara semacam: Y*S, F*V, Sinetron-sinetron, Gosip-gosip dan you name it, Silahkan tinggalkan Thread ini dengan ikhlas dan ridho. Tapi kalau mau tetap lanjutin membaca, monggo gan, tapi hati-hati keseleo dan sakit hati.

Beberapa tahun belakangan ini (paling parah tahun ini menurut ane pribadi), Kita diserbu oleh sesuatu yang lebih parah daripada serangan 11 September di WTC, Yaitu acara-acara TV dengan kualitas yang bahkan belum bisa disejajarkan dengan video amatir karya anak 7 tahun di luar sana, atau bahkan jauh lebih buruk. Setuju tidak setuju itu adalah realita. Stasiun TV di Indonesia seakan-akan berlomba untuk memuaskan dahaga kalangan tertentu saja (baca: Alay).

Bagaimana tidak, dari detik pertama kita bangun dari tidur lelap kita saja, kita sudah disuguhkan dengan tontonan Konser musik siaran langsung yang penyanyinya hanya melakukan lipsync dan yang lebih parah dan tentu agan sudah sering dengar, penonton bayaran yang gayanya seperti gaya pembantu: Cuci - Kucek - Jemur. Ada baiknya daripada menjadi penonton bayaran yang hanya dibayar upah 1 nasi kotak (tebakan kasar aja, bukan berarti ane tau) dan uang sebesar 50000 rupiah, lebih baik mereka Cuci-kucek beneran di rumah orang kaya, masih dapat paling nga 100000 rupiah.

Ketika serangan pagi sudah berakhir dan keadaan terlihat sedikit tenteram, tiba-tiba kita sadar, badai belum berlalu. Acara gosip bermunculan dengan tiga ciri khasnya: Hal ga penting, Hal ga penting yang dibuat belebihan, dan bahkan Hal ga penting yang dibuat sangat berlebihan sekali. Dan yang membuat gue makin gila, ACARA GOSIP ADA DI SEMUA STASIUN TELEVISI dari pagi siang sore malam, dan ada yang subuh mungkin? God Knows.

Belum keluar dari Shock hebat yang disebabkan oleh acara gosip yang ga jelas (selalu dan selamanya), siangnya ada acara ULTIMATE untuk para penikmat (baca lagi: alay) luar biasa, yakni sebuah acara komedi yang betul-betul bodoh (dan mungkin yang paling bodoh di kelasnya) yaitu komedi situasi pendek yang pemainnya kelihatannya buta dan bego semua, Fail banget semua jokesnya ga ada yang lucu bahkan gue ga akan ketawa walaupun diberi serbuk ketawa. Misalnya dalam kasus dibawah ini:


Nasabah lagi di depan mesin Atm terlihat kebingungan kemudian seorang satpam bank menghampiri.

Satpam: Ibu ada yang bisa dibantu?
Nasabah: iya saya mau narik duit di atm ga bisa-bisa, kenapa ya?
Satpam: liat bu ini jam makan siang bu, ditunggu lagi aja ya
Nasabah: lah memang mesin atm ada jam makan siangnya?
Satpam: ya adalah bu *sambil membuka pintu di mesin atm*

*kemudian muncullah seorang pria sambil makan nasi bungkus dibawah sana ngetem*

Okay, so what? haha?
 

Menjelang sore, kita tidak diberikan waktu untuk sekedar bernafas (bahkan pemain sepakbola pun diberikan waktu untuk istrihat setelah 45 menit pertama, kejamnya dunia ini). Kita langsung disuguhkan dengan tontonan anak-anak atau remaja yang bukannya membuat anak-anak makin cerdas tapi jelas membuat anak cenderung mengalami kemunduran.

Acara menjelang sore yang masuk ke level hina ada banyak sekali, tapi gue sebutkan dua aja yang menjadi Highlight: Acara hipnotis yang boongnya keliatan bener, bakar tissue, keadaan terhipnotis, cerita-cerita lebay tentang pacarnya atau siapalah itu, bangun, ga sadar, pulangnya dibayar oncom sama nasi bakar. Bitch please, itu tissue bisa lu semua beli di toko alat sulap yang harganya 20000 dapat 5 lembar, dibakar ilang. Bukannya itu orang bisa hipnotis (semua sulap yang orang itu lakukan, 90% Gimmick yakni alat sulap yang bisa dibeli di toko sulap). Lagian hipnotis itu ga bisa secepat itu bro, itu namanya Gendam. Oke jadi acara Gendam (melanggar norma hukum dan norma agama) diperbolehkan? KPI mana KPI? hmm, ternyata cuman naskah ya berarti? Kena deh.

Yang satu lagi ane ga terlalu tau apa konsep acaranya: anak-anak yang masih polos, seringnya anak SD tidak berdosa, dikumpulin untuk kemudian ditaro ke sebuah wadah kaca tertutup dan berteriak satu sama lain sampe tenggorokan mereka lepas: TIDAK, BISA JADI dan IYA Good luck untuk masa depanmu nak ketika membuka Youtube dan bilang: Hey itu gue dimasa kecil. Yakinlah anak itu akan dicampakkan dalam komunitasnya saat itu juga: kamu bukan teman kami, kita tidak saling kenal. *sambil mendorong dadanya dengan muka seringai*

Setelah pulang kerja dan mandi sore, Teh hangat sudah tersaji di atas meja, orang-orang yang lelah akan pekerjaannya berharap membuka TV untuk sajain yang memiliki kelas Oscar, Nobel-Worthy atau paling nga Time-Worthy. Mereka salah, mereka salah, mereka bahkan sangat salah karena inilah saat paling krusial yang disebut dengan istilah "ALL HELL BREAKS LOOSE", Pintu neraka tebuka lebar dan para iblis sedang merajarela (dalam hal ini, Iblis adalah acara tv, dan Pintu neraka dianalogikan sebagai Stasiun TV)

Suara atau yell-yell yang menjadi tanda terbukanya pintu neraka adalah sebagai berikut -dan ini amat sangat sungguh-sungguh bersejarah di otak para penikmat (ingat bacaannya?)-: "PENONTON, KEPSMAIL" Kemudian suara suling sakti mematikan dan musik pengiring keluarnya para iblis pun muncul: "teng tong teng tong awek awek yau yau yau yau asik asik" (Break dulu 5 jam, capek habis ngetik ini lirik lagu neraka). Kurang lebih seperti, sory gw bukan penikmat jadi ga tau persis, tapi harus diakui terkadang kita ga sengaja denger dan lihat. Dilanjutkan dengan permainan lempar-lemparan tepung yang tolol dan Pelawak-pelawak yang tingkat kelucuannya seperti HP CDMA INJEKSI yang cuman bisa pake nomer itu-itu aja selama-lamanya (maksudnya jokesnya ga fresh, itu-itu aja sampe mereka mati udah gitu dari pertama aja ga lucu, diulang-ulang pula).

Dibarengi dengan acara ultimate idiot di atas, adalah film yang DULUnya masih bisa dinikmati: Pelawak-pelawak veteran yang berkumpul dalam sebuah opera sabun yang ada dalangnya itu lho? If you know what i mean? Kenapa gue bilang DULU bisa dinikmati? memang itu realitanya, dulu sebelum acara ini ditayangkan setiap hari, Masih ada semacam rasa ngidam untuk menonton. Sekarang tiap hari, bolak balik jokes itu lagi itu lagi? Makan aja sana in*om*e tiap hari? Sorry, sekarang udah bukan buat gue lagi, Not a dime.

Sebelum kita tidur dan berharap-harap cemas bahwa teror ini akan segera berakhir, Hadirlah seorang mas-mas tua cukup terkenal yang bibirnya seksi dan memiliki nama sejenis ikan mahal mau mencoba menghibur dengan jokes yang sudah outdated sekitar 10 tahun lalu. Jokes yang merendahkan diri sendiri dan biasanya orang lain. Sama sekali ga bisa dinikmati oleh orang waras yang otaknya masih bekerja dengan baik.

Ohya tidak lupa juga untuk SPECIAL MENTION film yang membuat gue sampai bikin Thread ini karena udah mecapai batas maksimal dari kepedihan otak (gw akuin ini adalah film terburuk yang pernah dibuat oleh siapapun di dunia ini): Yaitu acara tentang ane ga tau apa dan ga bisa dijelasin tapi yang pasti tolol bukan main dan membuat jantung gw sakit (secara literal / harafiah, darah gw naik ke otak saking emosinya) bahkan gw ga hapal judulnya, kalau nga salah ada emak-emaknya yang ingin naik haji dan curhat melalui acara ga mutu. Terutama di endingnya ada adegan MENARI UBUR-UBUR yang keliatan jelas mau meniru kesuksesan salah satu goyangan yang ada suling saktinya. APA HUBUNGAN EMAK MAU NAIK HAJI DAN MENARI UBUR-UBUR?

Itu baru acara TV-nya, kita belum berbicara tentang Iklan-iklannya yang brainless. Kita contohkan saja: Iklan sebuah produk tablet yang diperankan oleh anak yang aktingnya seperti mayat. Ketika diberikan tablet baru, Ia hanya bilang: Wah keren. Ya, hanya "Wah Keren" dengan nada yang datar (suatu saat kalau gw punya anak, gw akan sewa dia untuk bacain anak gw cerpen sebelum tidur, dijamin lelap dengan cepat). Gue pernah melihat balita di Iklan popok yang berakting lebih bagus dari dia. Contoh lainnya yang sangat idiot adalah sebuah produk susu yang kepala anaknya bisa membesar dan megecil sendiri sambil bilang: NYOT NYOT DIKENYOT-NYOT. Ya Ampun, kenyot sana beruang madu.

Jika hal di atas masih belum cukup buruk untuk agan dan sis, yang semakin memperburuk keadaan adalah: acara liga-liga sepakbola besar sudah jarang sekarang dan hanya bisa dinikmati oleh sebagian kalangan (lucky me, masih ada rezeki sedikit untuk pasang Cable TV dan keluar dari acara tv yang udah bisa masuk ke level IQ setara ukuran sendal jepit), Berita-berita yang dulunya validitasnya tinggi dan tidak melulu tentang korupsi, sekarang sudah menjadi ajang pemilu sebagian orang dan selipan-selipan politikus yang sok disamarkan tapi terlihat jelas sekali (tau kan maksudnya bro? kan orang cerdas ya nga?), Acara Hollywood Movie juga sudah dipegang oleh STEVEN SEAGAL yang kalau main film ga pernah lecet sedikitpun. He's A GOD. Udah jarang film kelas A semacam Inception, dll.

Thanks a lot untuk acara-acara berikut yang masih bisa dinikmati: Liga Inggris, Liga Spanyol, Liga Champion, Beberapa acara berita yang valid dan terbuka, Kuis yang dapat menambah pengetahuan, Laptop Si Unyil, Coffe Break, Si Bolang, Stand Up Comedy, Kick Andy, Mario Teguh Golden Ways, dan FAVORIT ON THE SPOT (dan sejenisnya, itu nambah pengetahuan luar biasa banget) dan beberapa acara yang ane lupa tapi masih dalam taraf bagus dan mendidik.

Dan oh hey KPI, mana sistem RATING-nya yang kayak tahun 90-an dulu? BO, U-17, DEWASA dll? apakah udah bosan dengan hal gituan? apakah lu mau anak lu nonton acara sampah gara-gara kalian kerjanya masih ogah-ogahan dan hanya menunggu laporan orang, bukannya mengawasi? Untuk agan dan sis yang sudah menjadi orang tua, diharapkan memilih dengan tepat tontonan keluarga terutama untuk anak, bimbing tontonannya dan tegas mematikan jika acara tersebut mejurus ke arah yang tidak mendidik anak, karena apa yang ditonton anak-anak sangat mungkin dia tiru di kehidupan sehari-hari secara sadar maupun tidak.

Untuk Stasiun TV swasta yang cenderung rating-oriented, Srsly? masa iya ga ada alternatif acara lain untuk mem-boost rating kalian misalnya: Video klip musik barat seperti zaman MTV dulu, Kuis pengetahuan, Seri Barat, Discovery Channel, Animal Planet (yang membahas hewan beneran daripada membahas orang-orang yang sikapnya sudah menjadi kehewan-hewanan)? masa iya alternatif yang baru aja gue sebutin ratingnya akan lebih rendah daripada acara sampah yang gw sebutin di atas? Bukannya munafik, setiap bisnis tentu mau untung, tapi banyak cara lebih baik dan lebih menguntungkan, bukan?

Terus sebenarnya ini salah siapa? Stasiun TV apa Penikmat alay tersebut sih? Gimana menurut agan dan sis sendiri? apakah ada cara menghentikan badai ini sehingga pada akhirnya kalimat BADAI SUDAH BERLALU bisa kita nikmati?


Sumber : here 

-------------------------------------------------//-------------------------------------------------------

 

Saturday, December 28, 2013

Tanjoubi Omedetou Uchida Maaya-san

Tanjoubi Omedetou buat Maaya Uchida!!!
>,<
sebenarnya tanggal 27 kemarin, tapi gw agak telat buat update blog.



Profile nya :
Family name (in kanji): 内田
Given name (in kanji): 真礼
Date of birth: 1989-12-27
Hometown: Tokyo, Japan
Blood type: A
 
Long live... 

Friday, December 27, 2013

Penempatan Ward - Ward Placing - Dota




keterangan : 
merah=ward buat liat rune
kuning=ward diatas tebing(ngasih pandangan lebih)
Pink=ward buat agressif/defensif
ijo=ward buat hutan
biru=ward buat ngepush
putih=tergantung situasi
garis ungu=ward buat ngeblock krip hutan biar gak spawn/anti-pull

Friday, December 20, 2013

Komedi Lempar Tepung, Lucu kagak, dosa iya!

Saya benar-benar geram melihat acara komedi. Dalam program komedi (?) yang ditayangkan secara live atau tidak live adegan murahan digunakan untuk memancing tawa penonton.

Trik tepung atau bedak sebenarnya telah lama menjadi bagian dari panggung komedi Indonesia. Dulu Srimulat sesekali memunculkan trik tersebut untuk adegan minum. Dalam Srimulat trik ini biasanya dilakukan oleh seorang pembantu kepada sang majikan. Dalam adegan pembantu akan menyodorkan gelas yang diam-diam berisi tepung atau bedak, bukan air. Momen yang dipilih pun sangat cerdas yakni ketika sang majikan sedang terlibat pembicaraan atau sedang marah dengan lawan mainnya. Maka ketika tiba-tiba disodorkan sebuah gelas ia akan segera mengangkat dan berusaha menenggaknya tanpa banyak melihat. Saat itulah tepung seketika berhamburan ke mukanya. Sebuah trik yang cerdas dan menjadi ice breaking yang mengejutkan bagi penonton. Trik tepung ini pun mengandung pesan dan maksud bahwa ketika sedang dilanda emosi, seseorang perlu untuk sejenak menarik amarahnya atau bahkan menghilangkan unsur amarah dalam komunikasi.

Tapi kecerdasan trik tepung kini telah hilang. Trik tepung telah berubah menjadi “Komedi Tepung”. Semburan tepung tak lagi digunakan sebagai ice breaking yang disampaikan secara cerdas dan cermat, tapi telah menjadi sebuah menu utama dan wajib bagi sebuah acara komedi. Parahnya itu dilakukan dengan tidak memandang situasi dan dilakukan dengan cara yang amat melecehkan dan merusak kaidah tontonan komedi.

Fesbuker di ANTV mungkin boleh dianggap sebagai inisiator boomingnya “Komedi Tepung”. Gaya lawakan murahan ini kemudian diadopsi oleh banyak acara sejenis dan terbaru muncul dalam YKS di Trans TV dan OVJ di trans 7. Tidak mengherankan sebenarnya karena pelaku dari Komedi Tepung di sejumlah stasiun TV juga itu-itu saja yakni Olga & Friends (Olga, Denny Cagur, Raffi Ahmad, Sapri dkk.). Meski formasi Olga & Friends tak selalu sama di setiap acara komedi, tapi hampir bisa dipastikan jika mereka ada maka komedi yang akan mereka bawakan tak akan jauh-jauh dari “Komedi Tepung”.

Kita tinggalkan para aktivis “Komedi Tepung” tersebut karena hal yang lebih penting dan mendesak untuk kita kritisi adalah pelecehan tersamar dan tawa yang menyakitkan di balik “Komedi Tepung” tersebut.

Sejak awal kemunculan Fesbuker dan sejumlah “komedi tepung” lainnya, saya memilih untuk men-skip tontonan tersebut. Saya hampir tak bisa tertawa setiap ketika melihat adegan itu. Beda ketika trik tersebut disisipkan secara cerdas oleh pelawak-pelawak Srimulat dulu. Maka saya heran bagaimana bisa banyak penonton di studio itu begitu renyah tertawanya setiap kali “prosesi penepungan” itu digelar. Terlepas dari mereka adalah penonton bayaran, tapi pada akhirnya Komedi Tepung ini dianggap wajar oleh banyak masyarakat penonton lainnya. Mereka menjadi terbiasa dan memakluminya. Padahal adegan-adegan dalam Komedi Tepung sebenarnya sangat melecehkan.

Seorang pemain yang akan dikorbankan atau dengan sukarela menjadi korban biasaanya akan diperlakukan dengan beberapa bentuk prosesi pemanasan seperti dibekap, dirangkul kuat bahkan setengah dicekik, sering juga kepalanya dijitak atau diuyel-uyel terlebih dahulu. Lalu dengan penuh persiapan dan antusias pemain lainnya menyemprotkan tepung atau bedak ke arah kepala hingga wajah. Penonton pun “tertawa”, padahal mereka sedang “disakiti” pikirannya.

Tak hanya dilakukan sekali. Komedi Tepung digelar berkali-kali baik pada segmen yang sama maupun segmen-segmen berikutnya. Kita tentu tak bisa menyepelekan dampak tepung atau bedak bagi kesehatan organ mata maupun pernafasan meski adegan itu dilakukan “suka sama suka”. Jika pelakunya tak peduli, maka televisi dalam hal ini acara komedia tersebut seharusnya mencerminkan sikap manusiawinya karena penonton yang melihatnya termasuk anak-anak akan terbiasa dan mengadopisnya sebagai candaan kepada sesamanya. Ini jelas membahayakan.

Kita tak bisa beralasan bahwa tak ada yang salah dengan “Komedi Tepung” karena nyatanya rating atau sharing acara-acara komedia itu cukup besar. Fesbuker bahkan mememangan sebuah award penting beberapa saat lalu. Dalam hal ini saya harus mengatakan kemenangan Fesbuker atau acara-acara komedi serupa, juga kemenangan-kemenangan komedia aktivis Komedi Tepung sebenarnya adalah bentuk pelcehan bagi dunia penyiaran Indonesia dan menyakitkan bagi penonton Indonesia. Jika banyak penonton yang suka itu lebih disebabkan karena pembiaran dan eksploitasi yang terus menerus dilakukan pada akhirnya membuat secata tidak sadar masyarakat menjadi terbiasa dan menganggapnya wajar. “Kebiasaan” menonton Komedi Tepung karena mereka tak memiliki banyak pilihan, hampir semua tayangan komedian seperti demikian.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Taufik dkk. dari Universitas Sebelas Maret dengan responden mahasiswa menunjukkan bahwa tingkat kepuasan penonton terhadap acara komedi salah satunya Fesbuker ANTV ternyata di bawah 30% alias rendah. Jangan bandingkan hasil ini dengan angka lembaga rating karena survey yang dilakukan lembaga rating memang sudah lama bermasalah dan dikritik menyesatkan.

“Komedi Tepung” telah keluar dari spirit humor sebuah komedi. Apalagi dalam Komedi Tepung biasanya disertai cacian-cacian atau gerakan-gerakan tarian yang tidak elegan. Sebagai sebuah bentuk hiburan dan komunikasi, komedi pada dasarnya digunakan untuk menyampaikan pesan secara persuasif dan ringan. Humor dalam komedi diharapkan mendatangkan impresi yang diwujudkan dalam bentuk tawa namun bertujuan untuk mempengaruhi atau mengajak penonton menerima anjuran yang disampaikan. Dari makna ini bisa kita boleh khawatir dengan kuat bahwa Komedi Tepung akan menciptakan bentuk baru bullying di sekolah atau lingkungan pergaulan nyata.

“Komedi Tepung” ini juga tak berbeda jauh dari “Candaan Gabus” di mana para komedian “memasyaratkan” simulasi kekerasan dengan benda-benda yang terbuat dari stereofoam. Dalih “properti yang digunakan” tidak berbahaya justru mendatangkan bahaya karena yang ditangkap oleh penonton terutama anak-anak seringkali bukan propertinya tapi bentuk dan cara-cara “mengerjai” orang. Pun demikian stereofoam sangat tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jumlah besar karena sebagai sampah barang itu hampir tidak bisa diurai.

Sebagai sebuah humor, komedi memang penting untuk membuat orang tersenyum atau tertawa. Tapi siapapun yang memperhatikan “Komedi Tepung” mungkin akan menangkap perbedaan rasa tertawa yang lahir dari adegan-adegan penepungan tersebut. Tawa-tawa itu sesungguhnya tawa yang menyakitkan.

Humor adalah sarana komunikasi alternatif. Sebuah kelucuan dalam komedi tetap perlu mengandung sebuah pesan. Jika sebuah komedi yang disajikan secara “berlebihan” membuat komunikasi menjadi kabur. Jadi pesan dan komunikasi model apa yang bisa ditonton dari sebuah “Komedi Tepung”??. Kecuali kita sedang menertawakan sebuah pelecehan dan menerima sebuah kesakitan.

“Komedi Tepung” seakan mengklarifikasi kembali betapa ruang tontonan masyarakat kita terutama televisi sebenarnya sedang sakit parah. Sebuah komedi yang dipentaskan untuk memunculkan impresi melalui canda berubah menjadi adegan-adegan yang memaksa tawa. Canda-canda itu hanya melahirkan tawa-tawa yang menyakitkan. Melalui “Komedi Tepung”, tepung dan bedak telah berubah menjadi barang yang membahayakan dan menyakitkan.


sumber : here


-------------------------------------------------------------------------------------------------------


aya paling susah kalau diminta menyebutkan nama-nama acara hiburan di televisi. Sulit menghafalkannya. Selain nama-nama acara yang terdengar mirip, saya juga memang jarang menonton TV secara khusus. Paling kalau sedang iseng saja.  Nah, salah satu acara favorit saya adalah acara musik, atau acara komedi yang ringan -ringan, semisal OVJ.
Saya perhatikan, acara serupa OVJ jadi menjamur sekarang ini. Di beberapa stasiun TV saya lihat ada acara komedi seperti itu, dengan format yang hampir sama, hanya tajuk acaranya saja yang berbeda-beda. Semua acara itu bertabur bintang komedi yang top di tanah air, campur aduk dari berbagai generasi, dan menghadirkan bintang tamu yang tampan, serta cantik dan seksi.
Dari bercanda menjadi kasar
Awalnya saya senang dengan tayangan-tayangan itu, karena tujuan saya menonton acara itu murni hanya untuk refreshing melepaskan kepenatan sepulang kerja, atau setelah ribet dengan kesibukan di rumah tangga yang seolah tiada akhir. Yang penting saya bisa santai, bisa ketawa -ketiwi nonton hiburan murah meriah bersama suami dan anak-anak di rumah. Tapi lama-kelamaan saya jadi merasa terganggu dengan acara-acara itu.
Acara yang tadinya hanya berupa aksi komedi slapstick biasa ( memangnya bisa menghilangkan slapstick dari dunia komedi di Indonesia ? lha wong komedian tersohor sekelas Rowan “Mr Bean” Atkinson saja melakukan slapstick kok ! ), berubah menjadi acara yang menurut saya kasar dan tidak sopan.
Soal aksi mendorong lawan main sampai jatuh terjengkang, asal itu sekedar akting, masih bolehlah. Namun kalau sudah mendorong secara sengaja dan diluar skenario hingga lawan main terbanting tanpa dapat mengantisipasi sebelumnya, dan si korban menunjukkan mimik terkejut serta kesakitan, ini sudah tidak dapat diterima lagi. Adegan itu jadi tampak tidak sopan dan kasar di mata penonton. Sudah tidak lucu lagi. Meskipun di layar kaca terpampang tulisan ” semua properti terbuat dari bahan yang lunak dan tidak berbahaya “, atau kalimat sejenis itu, tetap saja pemandangan yang gamblang di depan mata adalah sebuah aksi yang kasar dan seenaknya sendiri.
Tepung terigu pun bertaburan dan belepotan di tubuh pemain
Ada satu hal yang paling mengganggu saya, dan mungkin mengganggu penonton lainnya, yaitu adegan lempar, tabur, labur, dan menjejalkan tepung terigu ke tubuh dan mulut para pemain. Ibaratnya nih, nggak boleh ada orang mangap terlalu lebar sedikit, langsung saja salah seorang pemain akan menjejalkan segenggam tepung terigu ke mulut komedian yang mangap itu. Dan setelah itu, adegan yang tampak di layar kaca pun seragam : si penjejal atau si penabur tepung dan kawan-kawannya, serta penonton di studio tertawa terbahak-bahak melihat sang korban kalang kabut kelilipan atau terbatuk-batuk karena tersedak tepung. Parah banget deh ..
Saya sampai mikir, lho kok mereka tertawa ? Ooh lucu toh adegan yang seperti itu ? yah, pantas saja adegan seperti itu terus diulang, karena dianggap sangat lucu dan digemari penonton. Apa boleh buat, adegan yang mengajarkan perilaku bully kepada anak-anak itupun terus berlangsung tanpa ada kontrol lagi, tanpa ada yang peduli, apalagi sensor dari pihak pemerintah.
Materi lawakan tak bermutu malah menjadi trend
Sayangnya adegan tidak bermutu itu sekarang diikuti oleh komedian yang sesungguhnya cerdas dan memiliki bakat besar, yang tak perlu melakukan adegan konyolpun, sudah lucu, semisal Sule, Vincent, Desta, dll. Saya tak tahu, apakah mereka sekedar mengikuti trend lempar-jejal tepung, atau memang tuntutan dari tim kreatif ?. Apapun alasannya, sangat disayangkan jika para komedian muda yang sangat potensial rela melakukan adegan yang hanya akan menjatuhkan kualitas mereka demi mengejar popularitas.
Oh iya, ada satu lagi acara musik campur komedi yang saya ingat, sayang saya lupa nama judul acaranya. Yang jelas acaranya ajaib banget menurut saya. Ajaib dalam hal kekonyolannya. Coba bayangkan, acara itu digelar di atas panggung yang dibuat miring sampai sangat curam, sehingga tidak memungkinkan para pemainnya untuk berdiri dengan stabil. Akting seperti apa coba yang dapat diharapkan dari para pemain yang bahkan berdiripun tak sanggup lagi, kecuali ribet menahan posisi tubuhnya sedemikian rupa agar tidak jatuh terjerembab di depan penonton ? hanya kekonyolan yang akan kita saksikan di sepanjang acara. Sungguh acara seperti ini akan jadi sangat menarik ! menarik tangan untuk memijit remote TV untuk berpindah channel, maksudnya ! (jadi esmosi ..)
Saya jadi bertanya-tanya, ini sebetulnya kerjaan siapa sih ? Produser, sutradara, tim kreatif, atau justru inisiatif para pemain sendiri ?. Mengapa justru kreatifitas tak bermutu seperti itu yang keluar dari pikiran anak-anak muda di balik semua acara itu ?
Bukankah mereka direkrut menjadi crew sebuah acara hiburan atau acara apapun, salah satunya karena kreatifitas yang mereka punyai ? kemana perginya semua kreatifitas itu ? atau apakah memang beginilah trend anak muda masa kini ? menjadikan perilaku bully sebagai bahan olok-olok dan candaan ? tak tahu lagi arti sopan santun ? . Terus terang saya tidak yakin, karena lazimnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kreatifitasnya dan selera humornyapun semakin berkelas. Atau mungkin saya yang salah ? Beritahu saya kalau begitu.
Jadi kangen zaman sensor televisi sangat ketat
Saya termasuk penggemar acara-acara TV di masa remaja dulu, di jaman orba, termasuk menggemari acara lawak tentu saja. Sejauh yang saya ingat, belum pernah sekalipun saya mendengar suara atau adegan orang (maaf) kentut alias buang angin diumbar di televisi, tak pernah !. Tapi sekarang ? Haduuhh, adegan kentut bertebaran dimana-mana. Di acara komedi, acara lawak, acara sinetron, acara jalan-jalan, dll. Begitu gamblang, begitu jelas, dan vulgar ! nggak ada sopan-sopannya sama sekali. Apa menurut para pembuat acara, adegan kentut adalah adegan yang lucu ?. Saya boro-boro ingin tertawa. Jujur saya malah merasa dikurangajari, dilunjak kalau kata orang Jawa, dan jadi mikir, ini orang dididik atau enggak ya sama orang tuanya ? kok nggak tahu adat banget ?
Kalau sudah begini, jadi kangen Pak Harto, beneran deh. Beliau orangnya tangan besi, tapi soal tayangan televisi, Pak Harto sangat mensyaratkan etika, dan sopan-santun sesuai adat budaya Indonesia. Kalau nggak nurut, tanpa banyak cincong, acara itu akan dibreidel. Pak Harto orangnya galak tapi pro rakyat. Anak-anak jadi terhindar dari melihat adegan yang tak pantas melalui layar kaca.
Di masa sekarang, kita tak. dapat mengharapkan ketegasan seperti di zaman Pak Harto lagi. Sekarang apa-apa serba boleh. Tak peduli ada etika dan perasaan sebagian masyarakat yang tersakiti ataukah tidak. Ya adegan lempar - jejal tepung terigu ini misalnya, apakah mereka pikir adegan lucu-lucuan seperti itu tidak akan menyakiti hati sebagian saudara-saudara kita ?
Asal tahu saja, di beberapa daerah harga tepung terigu melonjak tinggi, dari 6.600 rupiah menjadi 8.500 rupiah. Ini sangat memberatkan para pedagang gorengan, pedagang roti rumahan, pedagang donat keliling, dll, yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan baku utama jualan mereka. Dengan kenaikan harga tsb, para pedagang kecil ini harus rela memperkecil keuntungannya demi terus mengepulnya asap di dapur mereka. Penggunaan tepung terigupun harus lebih dihemat, karena harga yang makin tak terjangkau.
Bayangkan saja, bagaimana perasaan saudara-saudara kita ini, saat mereka menyaksikan di layar televisi, adegan dihamburkannya tepung terigu yang sangat berharga itu ? .Bagi para pesohor yang bergelimang harta, sekilo tepung terigu tak ada artinya. Namun bagi pedagang pisang goreng, sekilo tepung terigu berarti makan sekeluarga di hari ini, ongkos pergi-pulang anak-anak ke sekolah, ongkos berobat ke dokter, dll. Sangat-sangat berharga ! .Tapi mana bisa selebriti yang terbiasa bergaya hidup hedonik berpikir sejauh itu, bukan ?
Empati dan Etika. Itulah yang rupanya sudah jauh terkikis di hati para pelaku seni di panggung hiburan kita. Kreatifitas mereka artikan sebagai kebebasan tanpa batas. Empati hanya akan membuat daya pikir seseorang macet, dan etika hanya akan membuat segala keseruan dan kehebohan dunia hiburan menjadi mandeg. Mungkin begitulah jalan pikiran mereka. Jadi wajar saja kalau acara yang terlahir dari tangan mereka sangat mencerminkan jalan pikiran dan gaya hidup para hedonik yang jauh dari etika dan sopan santun.
Lalu apa yang bisa kita lakukan dengan tayangan-tayangan tak beretika seperti itu ? ya apalagi kalau bukan : tidak menonton TV lalu menggantinya dengan membaca buku, mendampingi anak-anak kita yang masih di bawah umur agar terhindar dari tayangan yang merusak pikiran mereka, memindahkan channel dan mencari acara lain yang lebih bermutu, dll. Mengapa tidak protes ke KPI atau pihak yang berwenang saja ? ah, memangnya ada manfaatnya ya ? Buktinya Olga dan Aming jadi banci lagi, buktinya Empat Mata jadi Bukan Empat Mata lagi, buktinya tayangan semacam Smack Down ada lagi, dll. Lebih baik melawan dengan cara kita sendiri sajalah.Nah, selamat mendampingi putra-putri tercinta ya teman-teman !

Sumber : here 
------------------------------------------------------------------------------------------------------

2 artikel diatas adalah 2 tanggapan dari sumber berbeda mengenai komedi di negara indonesia ini, lebih tepatnya industri perfilman negeri ini. Jujur aja, televisi di rumah saya sekarang udah jarang sekali di tonton, kecuali hari minggu dan pagi-pagi serta menjelang petang, karena saya mau menonton si kotak kuning dan sinchan. tentunya disamping saya kurang suka nonton bola.
Sedih memang. Nggak bermoral. Pendidikan boleh lulusan universitas, tapi kelakuan perilakunya menampakkan ketololan luar biasa. Maaf agak kasar, tapi itu kenyataan.
Saya heran dengan orang-orang yang suka muncul di tv itu. Bukan, bukan kumpulan orang tolol sok lucu itu (baca : artist), tapi pemeriah di sekitarnya. Lucu aja gitu. Saya selalu ketawa melihat mereka. Mereka memang dibayar, tapi apa uang itu sebegitu pentingnya atau sulit dicarikah hingga harus joget sana joget sini alias merendahkan harga diri. Saya lebih salut sama remaja yang jadi montir motor bengkel dibandingkan badut pemeriah itu.
Intinya adalah, matikan televisi anda sebelum moral anda dimatikan televisi.
Acara televisi sudah diisi dengan sampah dan tayangan nggak bermutu lainnya. Tentunya saluran televisi Indonesia ya.

Luthfan Mursyidan

Sunday, December 8, 2013

Masih Mau nonton Televisi? Matikan sekarang!

saya copas dari facebook :

 
Copyright Mice cartoon





ane orang media juga, cuman ane gak kerja di stasiun TV, ane kebetulan punya PH sendiri. Ini beberapa cerita yang ane sempat denger waktu ngobrol ngobrol ama temen temen ane yang anak2 TV atau PH yang kerjasama ama TV (untuk FTV ama Stripping sinetron)

jadi acara TV itu sebenernya ditentukan banget ama rating. ane yakin agan semua udah tau itu. Tapi tahukah agan gimana perhitungannya??

Rating di Indonesia itu dipegang ama lembaga survey Nielsen Media Research

nah, Nielsen ini ngelakuin surveynya di 10 kota besar di Indonesia
cukup mewakili?? tunggu gan, ini lanjutannya:

dari 10 kota besar yang di survey, diambil sample sebanyak 2273 rumah tangga responden (jadi kira kira per kota cuma 227,3 rumah tangga)

tiap rumah dipasangi alat untuk mengetahui program TV apa yang ditonton pada waktu apa.

nah, permasalahannya mulai dari sini..

agan semua tau kan siapa orang yang paling rajin nongkrongin TV di rumah??

Yap!! Pembantu dan Satpam!!

sehingga sebenarnya, acara yang kita liat sekarang itu ratingnya gede karena rajin ditonton pembantu ama satpam

"udah, lu gak usah repot repot nyiapin set, juga yang nonton cuman satpam ama pembantu" >> ini omongan salah satu sutradara FTV yang shooting di Bali waktu itu (kang Asep namanya > klo gak salah terakhir dia nyutradarain film layar lebarnya Ridho Rhoma)

trus ane juga sempat nanya ama temen yang kerja di Trans
"itu Bioskop TransTV ngapaen tengah malem ampe subuh gitu??"
jawabannya
"lu belagak bego apa gimana?? ya jelaslah gara gara kalah rating ama yang laen"

jujur aja, ane penikmat bioskop TransTV (itu salah satu dari sedikit banget acara yang masuk akal buat ane di TV > selain karena ane gak gitu suka bola)

trus ane juga pernah nany masalah film naga nagaan di Indosiar sama salah satu temen ane yang kebetulan doi orang 3d animasi yang sempat menang festival animasi di luar negeri, namanya Ibenk

"Benk, lu gak ada keinginan buat benerin tuh animasi di Indosiar??"
jawabannya:
"weh, mana ada duitnya bro, lu mau ngerjain animasi satu episode tapi cuman dibayar 2-3 jutaan??"

wah! di sana ane baru tau klo bayaran animator Indosiar itu begitu rendah (biasanya untuk iklan atau video klip, atau kerjaan ama orang asing, kita dibayar per detik hasil animasi). jadi wajarlah hasilnya amburadul gak jelas gitu.

sekali lagi, rating itu amat sangat menentukan siaran TV apa yang bakal kita liat. dan pertumbuhan masal anak alay belakangan ini (gak nyalahin juga, soalnya presidennya aja alay, apalagi rakyatnya) juga menentukan jenis siaran itu (liat YKS ama Dahsyat, yang tiap acara selalu dipenuhi tipe manusia macem ini)

jadi kesimpulannya:

rating >> menentukan acara
pembantu dan satpam +anak alay >> penentu rating
isi acara >> mengikuti rating
jadi:
isi acara >> selera pembantu dan satpam + anak alay
jelas??


Sumber : Mice cartoon

Tuesday, December 3, 2013

3 Alasan orang membenci mu

Pembenci itu membencimu karena 3 alasan utama:

1. Dia minder karena kelas kehidupanmu lebih tinggi.

2. Dia iri karena tidak memiliki yang kau miliki.

3. Dia tidak bisa melakukan yang kau lakukan.

Jadi, adanya pembenci adalah tanda bahwa engkau sudah mencapai kelas-kelas kehidupan yang lebih baik.

Jangan marah atau balik membenci.

Syukurilah kehidupanmu, dan doakanlah agar dia juga dirahmati dengan kenikmatan hidup yang lebih baik.

Memaafkan lalu mendoakan, lebih baik daripada melayani kebencian orang yang tersiksa oleh kesalahan sikapnya sendiri.


sumber : Mario Teguh