Wednesday, April 20, 2011

Al-Qur’an dan setan


Saat Anda membawa Al-Qur’an, setan bersikap biasa


Saat Anda membukanya, setan mulai curiga


Saat Anda membacanya, setan mulai gelisah


Saat Anda memahaminya, setan mulai kepanasan


Dan saat anda mulai mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, setan mulai jantungan


Terus baca dan amalkan Al-Qur’an agar setan lenyap total. Hilangkan ia dari kehidupan untuk meraih kedekatan dengan ilahi.


Ketika Anda ingin menyebarkan tulisan ini, setan pun mencegahnya


Setan bilang “Nggak usah SEBARIN, nggak penting kok”


Note : Thank’s to my friend for this article. Pendek namun bermakna. Only Islam, my religion and only you, Allah as our god.

Al-Qur’an dan setan


Saat Anda membawa Al-Qur’an, setan bersikap biasa


Saat Anda membukanya, setan mulai curiga


Saat Anda membacanya, setan mulai gelisah


Saat Anda memahaminya, setan mulai kepanasan


Dan saat anda mulai mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, setan mulai jantungan


Terus baca dan amalkan Al-Qur’an agar setan lenyap total. Hilangkan ia dari kehidupan untuk meraih kedekatan dengan ilahi.


Ketika Anda ingin menyebarkan tulisan ini, setan pun mencegahnya


Setan bilang “Nggak usah SEBARIN, nggak penting kok”


Note : Thank’s to my friend for this article. Pendek namun bermakna. Only Islam, my religion and only you, Allah as our god.

Tuesday, April 19, 2011

Menyikapi kekhilafan

“Khilaf boleh terjadi, namun kata maaf yang lebih berarti”<141_14>


Dalam sepanjang hidup manusia, boleh jadi pasti akan ada kesalahan-kesalahan yang terjadi. Adakah manusia yang luput dari kesalahan?. Bahkan Rasulullah saw saja pernah berbuat kesalahan. Dari sisi itulah, Allah telah memperlihatkan kepada kita bahwa manusia adalah mahluk yang pasti dan tidak akan mungkin menghindari kesalahan. Namun, manusia seringkali lupa ketika kesalahan orang lain terjadi, mereka tidak mengingat kesalahan diri pribadi.


Orang disekitar akan terbagi dua saat kita berbuat suatu kesalahan, apalagi hal tersebut adalah tabu bagi masyarakat ataulah dianggap tabu. Kubu yang mencemooh dan kubu yang membantu menguatkan hati kita. Kenapa harus ada rasa marah pada diri kita?. Satu pertanyaan, apakah kita lebih baik dari orang yang berbuat salah hingga kita harus mencemooh orang itu?. Allah maha pemaaf dan manusia tidaklah lebih baik dari padaNya.


Kesalahan adalah wajar. Apalah arti dari sebuah kesalahan. kalaulah tidak dibarengi dengan pertobatan. Minta maaf adalah hal yang terbaik bagi seorang manusia. Dan waktu yang tepat hanyalah kala malam yang gelap gulita untuk perjumpaan dengan Allah swt, sang pencipta.


Allah, sesungguhnya hanya kepada engkau tempat kembali. Kami hanyalah hambamu yang tidak luput dari dosa. Tunjukilah kami. Amin….


Note : Teruntuk seluruh manusia dan kekhususan bagi Pak Arifinto, semoga Allah memberikan yang terbaik bagi engkau. Inna llaha maa’ka

Menyikapi kekhilafan

“Khilaf boleh terjadi, namun kata maaf yang lebih berarti”<141_14>


Dalam sepanjang hidup manusia, boleh jadi pasti akan ada kesalahan-kesalahan yang terjadi. Adakah manusia yang luput dari kesalahan?. Bahkan Rasulullah saw saja pernah berbuat kesalahan. Dari sisi itulah, Allah telah memperlihatkan kepada kita bahwa manusia adalah mahluk yang pasti dan tidak akan mungkin menghindari kesalahan. Namun, manusia seringkali lupa ketika kesalahan orang lain terjadi, mereka tidak mengingat kesalahan diri pribadi.


Orang disekitar akan terbagi dua saat kita berbuat suatu kesalahan, apalagi hal tersebut adalah tabu bagi masyarakat ataulah dianggap tabu. Kubu yang mencemooh dan kubu yang membantu menguatkan hati kita. Kenapa harus ada rasa marah pada diri kita?. Satu pertanyaan, apakah kita lebih baik dari orang yang berbuat salah hingga kita harus mencemooh orang itu?. Allah maha pemaaf dan manusia tidaklah lebih baik dari padaNya.


Kesalahan adalah wajar. Apalah arti dari sebuah kesalahan. kalaulah tidak dibarengi dengan pertobatan. Minta maaf adalah hal yang terbaik bagi seorang manusia. Dan waktu yang tepat hanyalah kala malam yang gelap gulita untuk perjumpaan dengan Allah swt, sang pencipta.


Allah, sesungguhnya hanya kepada engkau tempat kembali. Kami hanyalah hambamu yang tidak luput dari dosa. Tunjukilah kami. Amin….


Note : Teruntuk seluruh manusia dan kekhususan bagi Pak Arifinto, semoga Allah memberikan yang terbaik bagi engkau. Inna llaha maa’ka

Antara Kesalahan dan makian


Berapa kali kita melakukan kesalahan?


Berapa kali kita berbuat salah?


Apakah kita belajar dari kesalahan itu?


Apa yang dilakukan orang yang ada di dekat anda saat kesalahan itu terjadi?


Ketika manusia kerap kali melakukan kesalahan, maka seringkali datang cercaan kepada manusia tersebut. Padahal kesalahan itu akan menjadi proses pembelajaran kita sebagai manusia untuk tidak mengulang kembali kebodohan yang sama atau kembali jatuh kedalam lubang yang sama. Namun, saat cacian dan makian itu datang, maka rasa takut akan menyergap dan blaarrr….Hidup dengan penuh tekanan, “indah” dan memuakkan.


Menyedihkan memang. Ketika kecil, semasa balita umur satu hingga lima tahun, saat-saat itulah proses pembelajaran kita sebagai manusia dimulai. Kita mulai berjalan, tanpa rasa takut untuk jatuh. Kita mulai menaiki sepeda, tanpa kekhawatiran akan lecet. Saat umur enam tahun, dimulailah pembatasan yang menjadikan timbulnya rasa khawatir dalam diri kita. Tidak dalam bentuk cacian, namun dalam bentuk ungkapan kata larangan yang sering disebut sebagai kasih sayang. Ketika beranjak dewasa, kita mulai mengejar nilai-nilai untuk membanggakan orang tua kita. Nilai, hanya sebuah penentu apakah kita akan bekerja di posisi yang bagus atau tidak. Dan saat mendapat nilai yang tidak memuaskan, kita akan menyumpah, bahkan padaNya yang maha pemurah. Masuk dalam pekerjaan, sang pimpinan meminta kesempurnaan, dan kita diharuskan untuk menyempurnakan itu. Saat berbuat yang dianggap benar oleh sang pimpinan, maka kita akan dipuji dan diberikan kenaikan posisi atau keanekaragaman praise lainnya. Kebalikannya, tentu saja hanya makian dan cercaan bahkan dipecat.


Menyedihkan, terlalu menyedihkan. Rasanya hidup pun tidak ada artinya. Tekanan tidak akan membuat kita sebagai manusia maju. Hanya akan membatasi pikiran kita dari melakukan hal yang sebenarnya ingin kita lakukan. Dobrak kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan jangan mengikuti pendahulu kita dengan pikiran dan metode yang diterapkan.


Hidup ini bukan tekanan.


“Saat manusia merasa hidup, kebahagiaan akan mendatanginya sebagaimana seekor lebah mendatangi bunga”<141_14>

Antara Kesalahan dan makian


Berapa kali kita melakukan kesalahan?


Berapa kali kita berbuat salah?


Apakah kita belajar dari kesalahan itu?


Apa yang dilakukan orang yang ada di dekat anda saat kesalahan itu terjadi?


Ketika manusia kerap kali melakukan kesalahan, maka seringkali datang cercaan kepada manusia tersebut. Padahal kesalahan itu akan menjadi proses pembelajaran kita sebagai manusia untuk tidak mengulang kembali kebodohan yang sama atau kembali jatuh kedalam lubang yang sama. Namun, saat cacian dan makian itu datang, maka rasa takut akan menyergap dan blaarrr….Hidup dengan penuh tekanan, “indah” dan memuakkan.


Menyedihkan memang. Ketika kecil, semasa balita umur satu hingga lima tahun, saat-saat itulah proses pembelajaran kita sebagai manusia dimulai. Kita mulai berjalan, tanpa rasa takut untuk jatuh. Kita mulai menaiki sepeda, tanpa kekhawatiran akan lecet. Saat umur enam tahun, dimulailah pembatasan yang menjadikan timbulnya rasa khawatir dalam diri kita. Tidak dalam bentuk cacian, namun dalam bentuk ungkapan kata larangan yang sering disebut sebagai kasih sayang. Ketika beranjak dewasa, kita mulai mengejar nilai-nilai untuk membanggakan orang tua kita. Nilai, hanya sebuah penentu apakah kita akan bekerja di posisi yang bagus atau tidak. Dan saat mendapat nilai yang tidak memuaskan, kita akan menyumpah, bahkan padaNya yang maha pemurah. Masuk dalam pekerjaan, sang pimpinan meminta kesempurnaan, dan kita diharuskan untuk menyempurnakan itu. Saat berbuat yang dianggap benar oleh sang pimpinan, maka kita akan dipuji dan diberikan kenaikan posisi atau keanekaragaman praise lainnya. Kebalikannya, tentu saja hanya makian dan cercaan bahkan dipecat.


Menyedihkan, terlalu menyedihkan. Rasanya hidup pun tidak ada artinya. Tekanan tidak akan membuat kita sebagai manusia maju. Hanya akan membatasi pikiran kita dari melakukan hal yang sebenarnya ingin kita lakukan. Dobrak kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan jangan mengikuti pendahulu kita dengan pikiran dan metode yang diterapkan.


Hidup ini bukan tekanan.


“Saat manusia merasa hidup, kebahagiaan akan mendatanginya sebagaimana seekor lebah mendatangi bunga”<141_14>

Saturday, April 2, 2011

Tujuh Keajaiban Dunia

Sekelompok siswa kelas geografi sedang mempelajari “Tujuh Keajaiban Dunia”. Pada awal dari pelajaran, mereka diminta untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan “Tujuh Keajaiban Dunia” saat ini. Walaupun ada beberapa ketidaksesuaian dalam susunan, sebagian besar daftar berisi:


1. 1. Piramida


2. 2. Taj Mahal


3. 3. Tembok besar Cina


4. 4. Menara Pisa


5. 5. Kuil Angkor


6. 6. Menara Eiffel


7. 7. Kuil Parthenon


Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi sang guru bertanya pakah dia memiliki kesulitan dengan daftarnya.


Gadis itu menjawab,


“Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya.”


Sang guru berkata, “Baik katakan apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya”


Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, “Saya pikir, “tujuh Keajaiban Dunia” adalah,


1. 1. Bisa melihat


2. 2. Bisa mendengar


3. 3. Bisa menyentuh


4. 4. Bisa menyayangi


Dia ragu sebentar, kemudian melanjutkan,


5. 5. Bisa merasakan


6. 6. Bisa tertawa


7. 7. Dan, bisa mencintai


* * * *


Teman, alangkah indahnya apabila kita melihat ‘Keajaiban’ terdekat yang ada pada diri kita. ‘Keajaiban’ yang kita sering anggap biasa, namun sebenarnya sangatlah istimewa. Tidaklah perlu kita harus mencari jauh-jauh keajaiban itu, Karena keajaiban itu tercipta dengan adanya pandangan kita pada hal yang kita anggap istimewa.


Semoga kita senantiasa mengingat hal-hal yang ajaib dalam kehidupan kita.


“Hidup yang istimewa berawal dari jiwa yang yang menganggap dirinya istimewa”.

Tujuh Keajaiban Dunia

Sekelompok siswa kelas geografi sedang mempelajari “Tujuh Keajaiban Dunia”. Pada awal dari pelajaran, mereka diminta untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan “Tujuh Keajaiban Dunia” saat ini. Walaupun ada beberapa ketidaksesuaian dalam susunan, sebagian besar daftar berisi:


1. 1. Piramida


2. 2. Taj Mahal


3. 3. Tembok besar Cina


4. 4. Menara Pisa


5. 5. Kuil Angkor


6. 6. Menara Eiffel


7. 7. Kuil Parthenon


Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi sang guru bertanya pakah dia memiliki kesulitan dengan daftarnya.


Gadis itu menjawab,


“Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya.”


Sang guru berkata, “Baik katakan apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya”


Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, “Saya pikir, “tujuh Keajaiban Dunia” adalah,


1. 1. Bisa melihat


2. 2. Bisa mendengar


3. 3. Bisa menyentuh


4. 4. Bisa menyayangi


Dia ragu sebentar, kemudian melanjutkan,


5. 5. Bisa merasakan


6. 6. Bisa tertawa


7. 7. Dan, bisa mencintai


* * * *


Teman, alangkah indahnya apabila kita melihat ‘Keajaiban’ terdekat yang ada pada diri kita. ‘Keajaiban’ yang kita sering anggap biasa, namun sebenarnya sangatlah istimewa. Tidaklah perlu kita harus mencari jauh-jauh keajaiban itu, Karena keajaiban itu tercipta dengan adanya pandangan kita pada hal yang kita anggap istimewa.


Semoga kita senantiasa mengingat hal-hal yang ajaib dalam kehidupan kita.


“Hidup yang istimewa berawal dari jiwa yang yang menganggap dirinya istimewa”.