Dahulu hiduplah tiga ekor sapi. Ketiganya memiliki warna yang saling berbeda. Sapi putih, sapi hitam dan sapi coklat. Mereka sangat rukun. Makan selalu bersama, tidur selalu bersama, dan kemana pun pergi selalu bersama. Bahkan susah senang selalu bersama.
Hidup bersama mereka seekor serigala jahat berwarna coklat. Saat lapar ia selalu ingin memakan sapi. Namun kebersamaan merekalah yang selalu membuat takut serigala untuk memangsa.
Suatu hari, serigala mendapat ide. Ia akan membuat makar buat memangsa
sapi. Ia datang kepada mereka dan berbisik kepada sapi hitam dan sapi
coklat,
"Kita semua berwarna, hanya saja ada satu teman kita yang warnanya beda, ijinkan aku untuk memakannya."
"Silakan." Sahut keduanya.
Malam itu serigala berhasil memangsa sapi putih.
Beberapa hari kemudian ia datang lagi dan berbisik kepada sapi coklat,
"Kamu coklat dan saya coklat, tapi ada satu teman kita yang berwarna hitam. Ijinkan aku untuk memangsanya."
"Silakan." Jawab sapi coklat.
Dan malam itu sapi hitam menjadi mangsa kedua serigala.
Selang beberapa hari serigala datang lagi kepada sapi coklat. Sambil menyeringai ia mengejek,
"Dan sekarang tiba juga giliranmu."
Sapi coklat menjawab,
"Sebenarnya aku telah dimangsa pada saat sapi putih dimangsa."
Pepatah Arab di atas pertama kali saya dengar sekitar tahun 1998 dari dosen Nahwu dari Mesir, Dr. Syihaab An Namir saat bercerita tentang Israel yang berhasil menipu bangsa Arab dalam sebuah perjanjian kesepakatan agar Israel angkat kaki dari tanah Arab. Sayang sekali bangsa Arab tertipu dengan kata-kata Israel yang berbunyi,
"Min araadhin arabiyyah" yang seharusnya "min al araadhi al arabiyyah". Hanya berbeda pada tambahan "al" maka semuanya berubah petaka.
Kalau menggunakan bahasa inggris, kalimat "min araadhin arabiyyah" adalah "for arabic lands", sedang kalimat "min al araadhi al arabiyyah" adalah "for the arabic lands".
Kata "al" dalam bahasa Arab berarti "all" dalam bahasa Inggris. Sehingga saat berbunyi tanpa "al", maka kalimat "min araadhin arabiyyah" tidak lagi berarti "dari seluruh tanah Arab". Maka dari itulah Israel belum angkat kaki dari seluruh tanah Arab.
Dan Gaza adalah sapi putih.
Lantas siapakah yang menjadi sapi coklat?
Jawabannya adalah: KITA..!!!
"Kita semua berwarna, hanya saja ada satu teman kita yang warnanya beda, ijinkan aku untuk memakannya."
"Silakan." Sahut keduanya.
Malam itu serigala berhasil memangsa sapi putih.
Beberapa hari kemudian ia datang lagi dan berbisik kepada sapi coklat,
"Kamu coklat dan saya coklat, tapi ada satu teman kita yang berwarna hitam. Ijinkan aku untuk memangsanya."
"Silakan." Jawab sapi coklat.
Dan malam itu sapi hitam menjadi mangsa kedua serigala.
Selang beberapa hari serigala datang lagi kepada sapi coklat. Sambil menyeringai ia mengejek,
"Dan sekarang tiba juga giliranmu."
Sapi coklat menjawab,
"Sebenarnya aku telah dimangsa pada saat sapi putih dimangsa."
Pepatah Arab di atas pertama kali saya dengar sekitar tahun 1998 dari dosen Nahwu dari Mesir, Dr. Syihaab An Namir saat bercerita tentang Israel yang berhasil menipu bangsa Arab dalam sebuah perjanjian kesepakatan agar Israel angkat kaki dari tanah Arab. Sayang sekali bangsa Arab tertipu dengan kata-kata Israel yang berbunyi,
"Min araadhin arabiyyah" yang seharusnya "min al araadhi al arabiyyah". Hanya berbeda pada tambahan "al" maka semuanya berubah petaka.
Kalau menggunakan bahasa inggris, kalimat "min araadhin arabiyyah" adalah "for arabic lands", sedang kalimat "min al araadhi al arabiyyah" adalah "for the arabic lands".
Kata "al" dalam bahasa Arab berarti "all" dalam bahasa Inggris. Sehingga saat berbunyi tanpa "al", maka kalimat "min araadhin arabiyyah" tidak lagi berarti "dari seluruh tanah Arab". Maka dari itulah Israel belum angkat kaki dari seluruh tanah Arab.
Dan Gaza adalah sapi putih.
Lantas siapakah yang menjadi sapi coklat?
Jawabannya adalah: KITA..!!!
No comments:
Post a Comment
Your Comment is Our Order, Your Majesty