Cewek-cewek ABG usia SMP itu pun histeris. Ada sosok idola mereka datang ke Karawang buat shalat id dan memotong kurban.
Berlari, berdesakan, menyebut-nyebut nama sambil tak henti-hentinya mengarahkan kamera HP, Tablet dan Smartphone mereka untuk menjepret sang idola. Setiap detiknya dengan berpuluh gaya.
Teringat kisah wanita-wanita relasi sang permaisuri Raja. Mereka
dipanggil lalu disuguhkan buah dan pisau. Seketika jari-jari mereka
tersayat-sayat. Hilang kesadaran saat pandangan terpesona oleh
ketampanan Yusuf. Ia bukan manusia. Ia malaikat. Ternyàta bukanlah buah
yang mereka potong.
Alangkah miris menyaksikan anak-anak perempuan yang seharusnya dimuliakan oleh orang-orang tua mereka. Tak seharusnya mereka menghinakan diri seperti itu.
Bila sedari remaja sudah cinta mati pada hal-hal semu, maka mereka hanya akan melahirkan dan mencetak generasi yang juga semu. Melahirkan anak-anak lelaki yang hanya pandai mempermainkan wanita. Dan itulah wedhus. Atau melahirkan anak-anak wanita yang hanya tahu urusan dandan dan bersolek seumur-umur hidupnya agar bisa menggaet lelaki. Menurutnya, pertama kali lelaki tergaet oleh dandanan terutama wajah. Maka deminya, mulai dari mendempul, menyamarkan flek, hingga mengganti warna aslinya meski akhirnya menimbulkan gradasi warna. Atau bahkan menjadi kontras sebagaimana Danau Tiga Warna Kelimutu, sebab warna wajah, punggung tangan dan punggung kaki berlainan rupa.
Lalu mati. Dan tak ada yang bisa merencanakan mati. Sibuk dandan setiap hari, tapi lupa dandan untuk bertemu mati.
Sumber : Fairuz Ahmad
Alangkah miris menyaksikan anak-anak perempuan yang seharusnya dimuliakan oleh orang-orang tua mereka. Tak seharusnya mereka menghinakan diri seperti itu.
Bila sedari remaja sudah cinta mati pada hal-hal semu, maka mereka hanya akan melahirkan dan mencetak generasi yang juga semu. Melahirkan anak-anak lelaki yang hanya pandai mempermainkan wanita. Dan itulah wedhus. Atau melahirkan anak-anak wanita yang hanya tahu urusan dandan dan bersolek seumur-umur hidupnya agar bisa menggaet lelaki. Menurutnya, pertama kali lelaki tergaet oleh dandanan terutama wajah. Maka deminya, mulai dari mendempul, menyamarkan flek, hingga mengganti warna aslinya meski akhirnya menimbulkan gradasi warna. Atau bahkan menjadi kontras sebagaimana Danau Tiga Warna Kelimutu, sebab warna wajah, punggung tangan dan punggung kaki berlainan rupa.
Lalu mati. Dan tak ada yang bisa merencanakan mati. Sibuk dandan setiap hari, tapi lupa dandan untuk bertemu mati.
Sumber : Fairuz Ahmad
No comments:
Post a Comment
Your Comment is Our Order, Your Majesty