Tuesday, October 14, 2014

10 Alasan Kita Tak Perlu Menghiraukan Ucapan Orang Lain

10 Alasan Kita Tak Perlu Menghiraukan Ucapan Orang Lain
Sejatinya, kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Kita perlu masukan, nasehat, bahkan kritik dari orang lain. Sebab kita bukan manusia sempurna.
Namun ada kalanya kita justru harus menutup diri dan mengabaikan ucapan atau komentar dari orang lain. Dengan kata lain, TIDAK semua masukan/komentar/kritik dari orang lain harus kita dengar dan terima.
Berikut adalah 10 alasan kenapa kita tak perlu menghiraukan ucapan orang lain.
1. Ini BUKAN hidup mereka
Ya, sebagus apapun masukan/nasehat/kritik orang lain terhadap Anda, yang pasti Anda adalah SANG PELAKON. Andalah yang akan menjalani hidup Anda sendiri.
Mungkin teman Anda memberi masukan, "Menurutku, kamu sebaiknya ikut kursus piano, karena kamu jago banget main piano. Siapa tahu kamu nanti jadi pianis paling ngetop se-Indonesia."
Masukan seperti itu memang tak salah. Bahkan sangat bagus. Namun ternyata Anda merasa tak punya potongan jadi seorang pianis, tak pernah kepikiran jadi pemain piano. Anda menganggap bahwa bermain piano hanya hobi, kegiatan iseng-iseng mengisi waktu luang. Jika seperti itu kondisinya, tentu Anda tak perlu menerima masukan dari si teman tersebut.
Anda yang menjalani hidup Anda, dan Andalah yang paling tahu mengenai diri Anda sendiri.
2. Mereka TIDAK tahu apa yang terbaik bagi Anda
Ini sebenarnya masih lanjutan dari nomor 1 di atas. Teman yang menyarankan Anda untuk ikut kursus piano tersebut mungkin merasa bahwa menjadi pianis merupakan pilihan terbaik bagi Anda. Padahal Anda sendiri justru menganggap bermain piano sebagai kegiatan iseng-iseng belaka.
Anda yang menjalani hidup Anda, dan Andalah yang paling tahu apa yang terbaik bagi diri Anda sendiri.
3. Apa yang benar bagi orang lain mungkin salah bagi Anda
"Saya lebih suka Pak Jonru yang dulu, yang rajin berbagi kiat-kiat menulis. Saya tak suka sosok Jonru yang sekarang, yang lebih banyak membicarakan politik."
Itu adalah contoh komentar yang termasuk sering saya terima belakangan ini. Itu adalah contoh sikap orang lain yang merasa bahwa apa yang saya lakukan saat ini (suka bicara politik) merupakan kesalahan. Bagi mereka, kebenaran adalah ketika Jonru berbagi mengenai kiat menulis.
Padahal, saya tentu orang yang paling tahu mengenai siapa diri saya yang sebenarnya. Pengalaman saya membuktikan bahwa saya lebih bahagia, lebih enjoy, bahkan lebih sukses ketika saya bicara politik ketimbang ketika berbagi kiat menulis.
Bukan berarti saya sekarang berhenti berbagi kiat menulis. Insya Allah saya tetap bersedia melakukan itu. Namun karena saya merasa lebih bahagia, lebih enjoy, bahkan lebih sukses ketika bicara politik, maka saya memutuskan untuk lebih banyak membicarakan politik.
Jadi ini hanya soal PORSI. Ada porsi yang dikurangi, ada yang ditambahi. Begitu saja.
Jika di luar sana masih ada orang yang merasa lebih suka saya berbagi kiat menulis ketimbang bicara politik, ya biarkan saja. Toh seperti nomor 1 di atas, sayalah yang menjalani hidup saya sendiri. Dan seperti nomor 2 di atas, sayalah yang paling tahu apa yang terbaik bagi diri saya sendiri. Jadi, tak perlu menghiraukan komentar seperti itu.
4. Menjauhkan Anda dari impian Anda sendiri
Jika Anda terus-menerus memikirkan bahkan mengkhawatirkan pendapat orang lain mengenai Anda, maka itu akan menghambat Anda mencapai impian Anda sendiri.
Bayangkan bila banyak orang yang berkata, "Kamu cocok banget jadi politikus, bukan jadi pengusaha seperti sekarang." Padahal Anda aslinya memang ingin jadi pengusaha sukses, tak pernah kepikiran jadi politikus.
Apakah Anda risau karena hal itu? Jika risau, maka Anda barangkali akan mengambil keputusan konyol: Terjun ke dunia politik yang tidak Anda sukai, dan meninggalkan dunia bisnis yang sebenarnya sangat Anda cintai.
Duhai! Anda rela melakukan hal yang tidak Anda sukai demi mengikuti ucapan orang lain. Padahal yang menjalani hidup adalah Anda sendiri, BUKAN mereka!
Itu tentu sangat konyol, bukan?
5. BUKAN mereka yang menanggung konsekuensinya
Katakanlah seorang teman menyarankan Anda terjun ke bisnis kuliner. Anda mengikuti saran itu karena merasa sungkan terhadap si teman.
Lantas dalam waktu 6 bulan usaha Anda bangkrut. Anda rugi besar. Apakah si teman ikut menanggung kerugian? Tentu tidak! Semua kerugian (bahkan stress dan depresi akibat kerugian tersebut) hanya ditanggung oleh Anda sendiri.
Mungkin si teman bahkan tak peduli sama sekali terhadap kegagalan Anda. Bahkan mungkin dia tertawa bahagia melihat Anda menderita.
Andalah satu-satunya orang yang menanggung konsekuensi dari tindakan dan keputusan Anda sendiri.
6. Apa yang dipikirkan oleh orang lain selalu berubah
Saat ini, banyak orang yang menuduh saya menjelek-jelekkan dan memfitnah orang lain. Saya tak pernah peduli. Salah satu penyebabnya adalah karena saya yakin, suatu saat nanti mungkin pandangan mereka berubah.
Ya, manusia memang selalu berubah. Orang yang awalnya membenci Anda, suatu saat nanti mungkin akan sangat mengagumi Anda. Atau sebaliknya, seperti nomor 3 di atas.
Jadi tidaklah penting untuk terlalu peduli pada ucapan atau pandangan orang lain.
7. Hidup ini singkat
Jika Anda menghabiskan banyak waktu untuk mengikuti ucapan/masukan orang lain, tentu Anda akan kehilangan banyak waktu untuk mengikuti kata hati Anda sendiri.
Jalanilah hidup Anda sendiri, bebaskan diri dari rasa khawatir terhadap pandangan/komentar/sikap orang lain. Maka Anda akan bisa menikmati hidup Anda sendiri secara maksimal.
8. Bisa menjadi sugesti
Jika Anda terlalu khawatir pada kegagalan, dan Anda menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan kegagalan, maka Anda bisa gagal beneran!
Itulah kedahsyatan sugesti. Teori The Law of Attraction menyebutkan, "Anda akan mendapatkan Apa yang Anda pikirkan, walau Anda tidak menginginkannya."
Jadi jika Anda terlalu mengkhawatirkan pandangan/masukan/komentar orang lain (terutama yang sifatnya buruk atau negatif), maka bisa saja hal tersebut akan terjadi suatu saat nanti.
Maka agar komentar-komentar buruk dari orang lain tidak sampai terjadi, abaikan saja. Tak perlu dimasukkan ke dalam pikiran Anda.
9. Orang lain tidak sepeduli itu
Pada dasarnya semua orang hanya fokus memikirkan dan mementingkan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri.
Katakanlah Anda rajin mengkritik seorang pejabat bernama A. Lantas:
- Si B termasuk orang yang tidak suka pada A.
- Si C termasuk orang yang tidak kenal dan tidak peduli terhadap si A.
- Si D termasuk orang yang mengagumi si A.
Maka:
- Si B akan mendukung Anda.
- Si C tak akan peduli terhadap apapun yang Anda lakukan terhadap si A.
- Si D akan menjadi orang yang terlihat sangat peduli pada Anda. Dia rajin mengamati Anda, rajin mengomentari Anda, bahkan mungkin rajin menghujat dan menghina Anda. Alasan utamanya adalah karena dia merasa perbuatan anda menganggu kepentingan dirinya.
Jadi ketika ada orang yang terlihat sangat rajin mengkritik atau memberi masukan kepada Anda, sebenarnya hal utama yang dia pikirkan adalah, "Bagaimana caranya agar orang ini berbuat dan bertingkah laku sesuai keinginan dan kepentingan saya."
Nah, kini kita semua tahu RAHASIA TERBESARnya:
Jika niat terbesar seseorang ketika memberi masukan kepada Anda adalah karena dia memikirkan kepentingan dirinya sendiri, untuk apa Anda terlalu menghiraukan masukan-masukannya?
10. Mustahil menyenangkan semua orang
Tiap orang punya pandangan dan prinsip hidup yang berbeda-beda. Anda bisa mati berdiri jika menghiraukan komentar dan pandangan semua orang.
Jika Anda melakukan apapun, pasti ada orang yang suka dan tak suka. Pro dan kontra adalah keniscayaan dalam hidup ini.
Anda tak dapat menyenangkan semua orang sepanjang waktu. Anda tak mungkin memenuhi harapan semua orang.
NB:
1. Mengenai poin 10 di atas, coba searching di google dengan kata kunci "kisah ayah, anak dan seekor keledai". Anda akan membaca sebuah kisah yang sangat inspiratif!
2. Tulisan ini saya sadur (tulis ulang) dari artikel di
http://www.wanitakita.com/post/read/2484/10-alasan-anda-tak-harus-peduli-apa-kata-orang-lain.html

Sumber : Jonru

========================================================================

No comments:

Post a Comment

Your Comment is Our Order, Your Majesty