Bandung.
Anak kader yang tergabung dalam Garuda Keadilan (GK) Jawa Barat, tampil
dengan sangat baik di penghujung acara Seminar Sehari “Tatanan Berkeluarga dalam Islam” di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, Ahad, 7 April 2013 kemarin.
Seminar
sehari ini dihadiri oleh para pengurus, kader dan simpatisan PKS
se-Jawa Barat yang notabene adalah para orang tua yang bersepakat untuk
menyatukan visi bagaimana membangun tatanan berkeluarga yang ideal di
dalam Islam.
Acara
berlangsung dalam suasana penuh keakraban, layaknya sebuah reuni besar,
mempertemukan cinta dan rindu di antara para peserta. Saling sapa dan
tanya khabar, bahkan tak jarang pula yang menjajagi kemungkinan
perjodohan diantara putra-putri mereka :D. Hiruk pikuk fitnah yang
sedang menerpa partai menjadi seperti sesuatu yang tidak pernah ada,
semua larut dalam kekeluargaan, dalam kebersamaan, terasa menemukan
gairah dan semangat lagi.
Suasana
seperti ini tidak disia-siakan oleh anak-anak kader Garuda Keadilan
Jawa Barat ketika diminta tampil dalam sesi sebelum sesi penghujung
acara. Persembahan mereka di awali dengan salam perkenalan dari R. Muhammad Tanri Arrizasyifaa sebagai Ketua GK Jawa Barat. Dengan gayanya yang agak ‘stand up comedy style’, Tanri menyampaikan beberapa hal yang bisa dikatakan sebagai harapan, masukan atau bahkan curhat tentang
keberadaan Garuda Keadilan dan perannya dalam pembinaan terhadap
anak-anak kader. Tapi bagi para orang tua, apa yang disampaikan oleh
Tanri adalah sebagai sebuah nasihat yang sangat berharga.
Meski
beberapa kali ungkapan Tanri mengundang tawa para hadirin, tak jarang
pula harapan-harapan (lebih tepatnya adalah nasihat) disampaikan dengan
suara terbata-bata tanda ketulusan dan keseriusannya terhadap apa yang
disampaikan. Suasana mulai hening, ada keharuan yang tiba-tiba muncul.
Para orang tua dibuat tersadar, oleh sebuah nasihat anak-anak mereka
sendiri. Suasana semakin hening, terdengar sayup-sayup sesunggukan
diantara para hadirin.
Seperti
tak mau kehilangan momen keharuan itu, seorang ukhti yang ikut tampil
di panggung sejak awal, segera membacakan puisi tentang ketsiqohan dan
kebanggaan anak kepada abi-nya. Sebuah puisi emosional yang ditulis oleh
Qaanita untuk ayahnya tercinta ustadz Luthfi Hasan Ishaq. Al-Ukhti
mampu membaca puisi itu dengan penuh penghayatan. Bait-bait dibaca
dengan sangat baik, sangat emosional, terlantunkan sebagai
nasihat-nasihat yang menggugah jiwa. Berikut, sebagian bait-bait indah
itu.
Ayah kami adalah pejuang
Jadi, kami ingin ayah terus berjuang dimanapun itu
Dalam doa kami
tahajjud kami
puasa kami
selalu kami selipkan doa buat ayah
Kami yakin, Allah akan kembalikan ayah kami secepatnya...
Tangisan mulai terdengar lebih kuat lagi, jiwa-jiwa yang bergejolak oleh pesan-pesan yang menggetarkan. Tak
cukup disitu, puisi kedua tak kalah dahsyatnya. Sebuah puisi kecintaan,
kerinduan, dan kebanggaan seorang al-akh kepada umi-nya. Sepasang puisi
itu cukuplah sebagai nasihat terindah di hari itu. Terlihat wajah-wajah
sembab para orang tua yang keluar dari tempat acara itu.
Apa istimewanya menangis ?
Menangis
itu tanda lembut dan sensitifnya jiwa. Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. yang
terkenal memiliki hati yang lembut, diketahui paling sering menangis.
Menangis
adalah kesadaran jiwa, bukan paksaan. Maka ketika pada kader menangis
haru begitu mendengar pidato Anis Matta beberapa waktu lalu itu, bukan
karena Anis Matta adalah Presiden PKS. Menangis tidak ada hubungannya
dengan perintah pemimpin kepada para kadernya, karena menangis itu dari
hati. Sesuatu yang sangat personal.
Maka
tidak heran jika anak kaderpun dengan nasihat-nasihatnya bisa membuat
para orang tua menangis. Inilah indahnya Islam, inilah indahnya
kebersamaan dalam perjuangan dakwah, inilah indahnya kebersamaan dalam
PKS. Allahu Akbar.
Abdullah bin Mas’ud menuturkan, Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda:
“Bacakan (Al-Qur’an) untukku.” Lalu aku katakan: “Wahai Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam, aku baca untuk engkau padahal Al-Qur’an turun kepadamu?” Beliau berkata: “Ya, Sesungguhnya saya ingin mendengarkannya dari selainku.”
Lalu aku baca surat An-Nisa’ hingga sampai ayat : “Maka
bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan
seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu
(Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).
Beliau lantas berkata: “Ya cukup.” Tiba-tiba air mata beliau menetes.
..:: abuinas ::..
Sumber : pksbogor
----------------------------------------------------------xXx----------------------------------------------------------
Insya Allah berjuang terus demi dakwah :).
Demi kemenangan islam di masa mendatang..
Bertakbir!!
No comments:
Post a Comment
Your Comment is Our Order, Your Majesty