TEMPO.CO, Jakarta
- Kelompok teroris Al Qaidah Indonesi mengincar mahasiswa dalam
merekrut anggotanya. Hal ini terungkap saat seorang mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Andi Lala Adi Susilotomo,
menyerahkan diri karena dititipi bahan material bom tersangka Wendy
Febriangga.
"Masih ada dua mahasiswa lagi yang diduga
direkrut Wendy," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir
Jenderal Boy Rafli saat ditemui di kantornya, Kamis, 4 Oktober 2012.
Ia
menyatakan proses rekrutmen terhadap mahasiswa ini dilakukan di luar
kegiatan kampus. Polisi sendiri belum memastikan secara spesifik
kegiatan tersebut, termasuk kemungkinan proses rekrutmen melalui
pengajian.
Polisi masih mengharapkan para mahasiswa yang
merasa terlibat kelompok teroris segera melaporkan diri. Keputusan Andi
untuk melapor dan menyerahkan diri, menurut Boy, menjadi iktikad baik
yang juga membantu polisi mengungkap jaringan baru Jamaah Islamiyah Noor
Din M. Top. "Harap segera melapor seperti Andi," kata Boy.
Ia
juga menyatakan, para orang tua hendaknya lebih memperhatikan setiap
kegiatan anaknya di sekolah dan universitas. Kelompok Al Qaidah sendiri
memang memiliki beberapa anggota yang masih muda, salah satunya Fajar
Novianto yang masih berumur 18 tahun.
Wendy adalah
tersangka yang ditangkap pada Kamis, 27 September 2012, sekitar pukul
11.00 di Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah. Dalam kelompok pimpinan
Baderi Hartono ini, ia berperan untuk merakit bom, merekrut anggota, dan
ikut pelatihan militer di Poso.
Kelompok Al Qaidah
Indonesi terungkap setelah pimpinan dan ahli rakit bom, Baderi Hartono,
ditangkap di Solo pada 22 September lalu. Polisi kemudian menangkap
sekitar 11 orang yang diduga anggota kelompok di Solo, Kalimantan Barat,
dan Sulawesi Tengah.
Sembilan orang dipastikan sebagai
tersangka dan ditahan di Markas Komando Brigadir Mobil, Kelapa Dua,
Depok. Densus 88 masih mencari tiga orang anggota kelompok yang baru
berumur sembilan bulan ini dan merupakan sel dari kelompok Jamaah
Islamiyah Noor Din M. Top.
-----------------------------------------------xXx----------------------------------------------------------Miris sekali. Pengajian yang seharusnya diisi dengan tilawah dan saling berbagi kisah malah dijadikan sebagai sarana perekrutan orang-orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai pengusung keadilan. Menjadikan nama islam dicap sebagai umat yang membolehkan menumpahkan darah tanpa sebab kepada kaum yang berbeda kepercayaan kepada mereka.
Ironis...
Islam. Apakah kamu tahu apa arti islam. secara harfiah berarti kesejahteraan. Rasulullah tidak menjadikan kekerasaan sebagai senjatanya dalam mengajak umat kepada kebaikan. Kenapa harus menjadikan islam itu sendiri menjadi sesuatu hal yang dicap sebagai "teroris" ?
Kita tahu saudara-saudara kita di palestina sana menderita banyak. mengapa tidak berjihad kesana. daripada menumpahkan darah orang-orang non-muslim yang tidak bersalah pada kita?. Mereka mebayar pajak, dan ketika masa Rasulullah saw, orang-orang non-muslim yang membayar pajak walaupun mereka belum atau tidak mau melepaskan kepercayaan mereka, membayar pajak untuk dijaga darahnya.
Perang saat ini yang dilancarkan oleh gembong-gembong Amerika dan antek-anteknya masih "belum" dalam tahap perang senjata. Perang pemikiran lah yang sekarang banyak terjadi dan menghancurkan generasi muslim kita. mengapa tidak mengajak dan mengajari mereka para generasi muda muslim untuk berpikir positif dan bukan merekrut untuk kegiatan yang hanya membuat nama buruk bagi agama yang kita usung?
Mari berpikir Akhi...
dan mari berkata, islam bukan agama teroris!!
Luthfan Mursyidan
-Catatan kecil hati-
No comments:
Post a Comment
Your Comment is Our Order, Your Majesty