Thursday, August 9, 2012

PKS(PK) engkau dulu dan kini.-Sebuah kritik dari saya untukmu para kader-

PKS, sebuah partai  dengan basis dakwah dan merupakan singkatan dari Partai Keadilan Sejahtera. Partai yang mengusung tag, “bersih, peduli dan professional”. Partai yang berlambang padi dan berwarna hitam dan kuning. Partai dengan ikhwan dan akhwatnya yang berpakaian rapi, setidaknya yang sering aku lihat di sekitar saya. Dan terakhir, partai yang aku kagumi.




 
Secara jujur, judul diatas bukanlah untuk menyudutkan para ikhwah PKS sendiri, namun semoga menjadi teguran dan pencerminan kita untuk intropeksi di masa mendatang.

Aku melihat PKS sekarang seakan haus akan jabatan, ghirahmu kurasakan hilang. Dimana kesederhanaan itu?. Aku tahu figur-figur macam Ustadz Hidayat Nur Wahid yang memang aku akui beliau bijaksana, ustadz Nur Mahmudi Ismail yang aku suka senyumnya yang tenang, dan berbagai kader lain yang tidak dapat aku sebut, tolong maafkan. Aku merasa kesederhanaan mu memudar wahai PKS. Aku merindukan saat-saat dulu, ketika kampanye dirasa dengan semangat yang berkobar. Indah aku rasa. 

Aku juga ingin menyampaikan keluhanku kepada para kader yang mengisi posisi jabatan di kursi DPR. Janganlah kamu lupa wahai para kader bahwa jabatan itu akan dipertanyakan oleh Allah swt kelak. Kebenaran dan kesalahannya, pertanggungjawaban mu akan dimintai di akhirat. Pertanyaan ku adalah apakah kalian sudah merasa bahwa kinerja kalian sudah benar? Aku tidak berkata bahwa kerja kalian salah, tapi kumohon untuk intropeksi diri. Aku mohon. 

Taukah kalian wahai kader-kader yang hidup berkecukupan bahkan lebih? Aku ingin bertanya, apakah kalian tau bagaimana nasib kawan-kawan kader lain yang memasang spanduk, baliho hingga jam 2 malam. Apakah kalian tau nasib mrk apakah mrk sudah makan hari ini atau belum? Ataukah kalian sudah memuliakan tetangga kalian yang hidup dibawah rata-rata?. Harta itu tidak akan dibawa mati, hanya itu yang ingin kusampaikan. Rasulullah Saw, kemuliaan hanya untuknya, bahkan tidak meninggalkan sepeserpun harta ketika beliau meninggal. Beliau hidup dalam kesederhanaan. Ketika aku baca Sirah Nabi Muhammad Saw, aku tertegun. Sudahkan kita hidup sebagaimana beliau? Padahal beliau adalah suri tauladan kita.

Aku merindukan pemimpin seperti  Umar bin Khattab yang tegas, namun jiwanya lebut ketika dibacakan Al-Quran. Aku juga merindukan pemimpin seperti Umar bin Abdul Aziz yang memiliki kisah kesederhanaan yang luar biasa. Padahal beliau tidak bertemu baginda Rasulullah Saw. 

Aku berharap para kader membaca ini, agar menjadi teguran bagi kita semua. Semoga Allah swt tetap merestui jalan dakwah kita, agar Islam Berjaya, agar islam menjadi rahmatan lilalamin bagi kita semua. Insya Allah. 


Wallahualam..

Muhammad Luthfan Mursyidan
mursyidanluthfan@gmail.com

No comments:

Post a Comment

Your Comment is Our Order, Your Majesty