Wednesday, April 23, 2014

Istri jadi Ibu Rumah Tangga = Pemikiran Jadul

Sumber : Kaskus

A = Ane
T=temen ane
Percakapanya gan :
T = kamu sudah berkeluarga to?
A = Sudah, sudah punya anak satu,
T = Anakmu cewek apa cowok?
A = Cewek, usia 9 bulan (dengan bangga gan, lagi lucu2nya soalnya)
T = La istrimu kerja dimana?
A = Jadi ibu rumah tangga aja, ngerawat anak
T = Istrimu lulusan Apa?
A = Sama Kayak Aku Arsitektur
T = Kok gak Kerja Apa tidak Eman-eman atau Mubazir sekolahnya
A = Gak papa kok aku pengen istriku bisa full ngerawat anak, istriku juga pengen bisa full ngerawat anak karna anak bagi kamu infestasi yang paling mahal dalam hidup kami, gak ada gantinya.
T = Kok begitu, Itu bagiku pemikiran jadul, pemikiran orang dulu!
A = ( ane sakit gan hati ane )
T = (dengan bangganya) Istri saya aja wanita karir, dia kerja terus gak bisa berhenti
A = owh, tapi kan saya sama istri saya menginginkan hal yang sama, bisa full merawat anak
T= Iya kalau saya berfikir, itu pemikiran jadul. Keluarga itu yang penting kualitas timenya. Tiap minggu juga bisa bersama full.
A = tapi bagi saya dan istri kualitas time dan kuantitas begitu penting untuk anak saya. Kami setiap hari bertemu
T = (dengan nada ngeyel ) Iya tapi bagi saya, tidak perlu bertemu secara intensif dengan anak, sekali bertemu yang penting berkualitas. Anak bisa ada babysitter yang ngurus.
A = Iya kan saya nyaman dengan hidup seperti ini, kami tidak bisa hidup seperti anda, yang setiap hari bekerja semua . pulang2 anak sudah tidur berangkat kerja masih tidur.
T = Tapi Istri saya itu tidak mau di suruh jadi ibu rumah tangga, saya malah seneng dia juga kerja, Soalnya saya pengen anak saya besuk sekolah di luar negeri
A = (ane jengkel banget gan) iya, itu kan cita2 anda, tapi impian saya beda, saya pengen anak saya besuk seperti yang dia impikan, dan hidup bebas dari cita2 orang tua, yang menjalani hidup kan anak saya, saya hanya mendukung dan mengarahkan saja.
T = Tapi pemikiran seperti itu seperti bapak saya dulu. Pemikiran orang dulu
A = (diem aje)
T = aku pamit dulu ya
A = Alhamdulillah ( dengan perasaan Lega )


Kalau menurut ane Gan :
1. Istri itu untuk di berikan kebahagiaan gan, dimanja dan di perhatikan begitu juga dengan anak
2. Saya hanya percaya pertumbuhan anak saya di rawat oleh istri dan saya, bayangkan bila dirawat baby sitter? Babysitter pendidikanya apa? Biasanya kan dari desa dan putus sekolah? Masak anak saya harus mendapatkan itu, babysitter itu hanya bisa nungguin bukan merawat dan mendidik.
3. Gan, Anak itu titipan Tuhan untuk Kita, Tuhan member kan anak untuk kita, bukan babby sitter
4. Masalah istri tidak mau bila disuruh tidak kerja, itu bukan alasan, itu tantangan untuk sang suami bagaimana bisa merubah pola pikir sang istri. La dulu waktu pacaran gimana komitmenya kok sampe sejauh ini ke jenjang pernikahan.
5. Wanita hebat adalah yang bisa ikhlas dan senang menerima berapapun rejeki sang suami dan rela tiap hari kecapekan merawat anak, kerja dan merawat anak itu lebih capek merawat anak lho gan.
6. Kalau manyampingkan kuantitas, bahaya lo agan, berarti menyampingkan perhatian, ini yang menjadi semakin banyak cabe-cabean dan terong-terongan, mau anak anda begitu?
7. Wanita itu tulang rusuk bukan tulang punggung.
8. Dengan penghasilan besar atau kecil, tinggal bagaimana kita mengarungi hidup bersama, sederhana atau foya2, mereka yang tidak punya saja bisa bahagia.
9. Kalau sang istri masih ngeyel pengen berkarir, pertanyakan cinta dia ke anda dan anak anda, pertanyakan juga rasa hormat dia ke anda?
10. Rumahku adalah surgaku bukan rumahku adalah pencapaianku


Sebuah komentar dari satu akun di kaskus :

Ane 100% mendukung TS bahwa anak adalah investasi dunia dan akhirat. Tuhan mengamatkan atau menitipkan anak untuk kita rawat agar menjadi anak yang beriman dan cerdas. Keluarga adalah lingkungan terbaik tempat tumbuh kembang anak.

Prinsip orang berbeda-beda dan kita hormati itu. Tapi ane pribadi dan istri setuju jika suatu saat nanti istri stop bekerja di luar dan cukup di rumah saja bersama keluarga. Ane kerja seringnya di rumah, kalau ada klien minta ketemu barulah janjian ketemu di workshop dan sebisa mungkin diarahin ketemuannya di rumah saja yang notabene sekaligus menjadi kantor ^_^

Sedih melihat anak jaman sekarang yang kurang mendapat perhatian dan pengarahan dari orangtua. Merokok sejak SD atau SMP, tidak sopan terhadap orang lain, melupakan untuk belajar dan menjalankan agama yang baik.

Semoga kelak anak-cucu-cicit kita bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi agama, dirinya, orangtua, keluarga, orang lain di sekitar, negara dan alam semesta. Amin ya robbal alamin...


-----------------------------------------------------xXx------------------------------------------------

Kalo pendapat pribadi dari ane sendiri :

Kalo menurut ane, ane akan serahkan keputusan ke istri mau nya bagaimana.
Tapi jujur aja, karena ane suka buat-buat aplikasi buat Hp, ane maunya istrinya bisa desain pake photoshop, dsb nya lah. Lulusan Desain grafis gt. Jadi kalo misal dia nggak kerja, bisa bantu-bantu ane.

Intinya, kalo misal dia nggak kerja. Paling tidak bisa bantu pekerjaan kita sebagai laki-laki. Karena kasian juga kalo wanita ujung-ujungnya "cuma" ngurus rumah doang setelah sekolah tinggi-tinggi.
Sayang ilmu nya.

Itu mungkin lho. Just my opinion.

Setitik kecil harapan di hati ane, ane juga ingin punya istri yang hafidz Quran.



Gw ngga tau sejujurnya apa yang terbaik nanti, karena gw belum married, dsb.
Gw emang liat sih kerjaan ibu gw sebagai ibu rumah tangga, dan itu gw liat memang repot. Tapi entahlah.
Mungkin di masa depan, jika gw menikah, mungkin keputusan akan gw berikan ke istri. Apa yang terbaik pada keluarga...

Kemarin gw nonton anime movie Wolf Child - Ame To Yuki

Dan ceritanya tentang kehidupan keluarga yang banyak gw bisa ambil pelajaran dari sana. Sang ibu, memilih untuk meninggalkan kehidupan kuliah dan kerja part time nya untuk mengurus anaknya.

Manapun yang terbaik, hidup adalah pilihan. Apapun yang terjadi di masa mendatang, gw harap, hanya hal terbaik yang gw dapatkan. Dan gw percaya itu.





No comments:

Post a Comment

Your Comment is Our Order, Your Majesty