Wednesday, November 13, 2013

Masih mau pilih Pemimpin Bodoh, Kawan?

Ya saya menulis ini agar sedikit menyadarkan dan membuka pikiran aja. Agar jangan menjadi generasi "bebek", cuma ikut-ikutan. Ada orang bilang ya, dia ikut bilang ya.

Bismillah.....
Poster-poster calon anngota DPR mulai bermunculan. Terpampang di sepanjang jalan. Mencoba meraih simpati masyarakat dengan berbagai cara yang mereka inginkan.
Target orang-orang yang mereka tuju agar membuat mereka terpilih : generasi tua, miskin, kolot, dan orang-orang nggak berpendidikan.
Apa kamu tahu alasan indonesia ini nggak maju-maju?
menurut saya(oke, "saya") karena bangsa ini banyak diisi oleh sampah-sampah masyarakat.
Kamu bisa lihat, kalo di jalan, banyak orang tua(bahkan ada yang masih kelihatan muda) yang profesinya sebagai pengemis. Kaki diperban, taraaa, pengemis is born. Hina kan, lebih salut saya ke orang-orang yang bekerja halal(napa ditulis seperti ini agar memberi perbedaan antara pekerjaan haram macam mencuri, korupsi dan semacamnya).Ya itu hanya contoh.
Kembali ke pembahasan 4 target yang dituju oleh (calon)anggota DPR.

4 TARGET ITU HARUS MEMILIKI SALAH SATU ATAU LEBIH DARI KRITERIA BERIKUT :
Generasi Tua, Miskin, Kolot, atau Orang-orang Nggak Berpendidikan

Jelas sekali, 4 kriteria ini (walau bisa bertambah, adapun ini pendapat saya) adalah generasi yang dibidik oleh (calon)anggota DPR. Mengapa? karena pemikiran mereka yang sempit.
Anda tau, untuk meraih simpati, ada para calon anggota DPR yang berusaha meraih simpati dengan cara kampanye hitam. Membagi-bagikan "sedekah" kepada masyarakat miskin di sekitarnya, diiri dengan wajah senyum, dan jangan lupa ada "produk" yang ditawarkan.
Contoh :
A (<calon>anggota DPR), B ("target")
A : Ini bu mohon diterima, bla bla bla (isinya bullshit, no need to write here)
B : oh makasih pak.
A : bu, jangan lupa ya tanggal (isi sendiri), "dukung" kami. Insya Allah kami akan membawa daerah ini menjadi lebih baik. (sambil senyum).
Kelanjutan silahkan dibayangkan sendiri

3 Hal yang buat saya merasa aneh aja :
1. Masih aja ada orang yang memilih dia untuk 5 tahun kedepan. Nggak belajar dari kesalahan. Oleh karena itu saya bilang ini pembodohan kepada masyarakat bodoh.
2. Saya rasa ini termasuk ke dalam penyuapan, ya penyuapan agar mendapat suara bagi dirinya dan partai yang dijunjungnya. Terlalu banyak kebobrokan mulai dari masyarakat tingkat bawah sampai majelis agung.
3. Membawa nama agama. Ini yang membuat saya lebih kesal. Jadi ingat sabda Rasulullah yang bersabda bahwa banyak orang Islam yang membaca Al Quran hanya sampai tenggorokannya yang berarti mereka hanya baca tanpa menyadari isi dari Kitab Mulia tersebut.

Kolot
kenapa kolot ini penting? Ya, kenapa penting?
Dah tau orang yang dipilih nya dulu pernah korupsi, masih aja dipilih. Masih aja ada gitu yang milih. Pikirannya kemana itu???
Atau ada orang yang nggak kompeten, bukannya diganti, masih aja di pertahankan di posisi nya.
Aaa, Bullshit..

Nggak berpendidikan
Karena nggak berpendidikan, oleh karena itu bisa dibodohi. Hanya tinggal kasih uang, taraaa..

Gaji mu besar, Hasilnya mana kawan?

awas iler..


Juga bagi pemimpin-pemimpin. Kadang beberapa memiliki kriteria diatas.
trus lo mo bilang kalo orang-orang yang jabatan nya macam hakim, dan sebagainya yang dibahas di media itu nggak berpendidikan gitu?
Ya, saya akan berkata seperti itu. Karena saya rasa 2 pendidikan yang kurang yaitu pendidikan agama dan pendidikan moral. Tanpa moral, Otak hanya melakukan apa yang ia inginkan. Tanpa agama(dan ini sangat SANGAT penting), tidak akan ada batasan dan peraturan-peraturan dalam kehidupan.

ini hanya pendapat saya aja sebenarnya. Hal ini didasari oleh berita-berita yang dirilis media. Karena secara jujur saya nggak suka media. Saya nggak suka tiba tiba langsung mengangguk-angguk terhadap sebuah berita yang dirilis tanpa menyelidiki lebih lanjut benar atau tidak. Media sekarang penuh sama pencitraan, korupsi yang pengurusannya lambat, dan sebagainya. Walau begitu, saya tetap memilih mana berita media yang baik maupun berita yang salah. Karena tidak semua juga orang seperti itu.
Anyway, thanks for reading..

No comments:

Post a Comment

Your Comment is Our Order, Your Majesty