Bismillahirrohmanirrohim…
***
Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah ~Subhanahu wata’ala~,
penolong tentaranya dan yang memuliakan agamanya. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada uswah dan qudwah kita, pemimpin perang
kita, murobbi kita, Nabi Muhammad bin Abdullah ~Sholallahu ‘alaihi wassalam~, beserta
keluarga, para sahabat, mujahidin dan orang-orang yang senantisa
istiqomah mengamalkan sunnahnya hingga yaumil akhir nanti, Amiin
***
Taujih Rabbani :
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah
(al-Qur’an), Kami adakan baginya syaitan -yang menyesatkan-, maka
syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan
sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari
jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk”.
(al-Qur’an: 43: 36-37)
***
Taujih Syaikhut Tarbiyah KH. Rahmat Abdullah, Allahuyarham, “..Saya
ingatkan ketika awal, masa muasasi dimulai. Ingat!! Qolallahu qola
rasul. Kembali pada asholah. Komitmennya itu harus dibangun diatas dasar
kepada keaslian. Jangan otak cerdas, kognitif, maju dengan panah-panah
tetapi kosong hatinya, sombong terjadi, kebanggaan, bahkan snob. Enggak
bangga lagi dengan islam, nggak bangga lagi dengan produk tarbiyah.
Tetapi bangganya dengan sana sana sana. Termasuk menjadi-jadi tambah
dungu, mentaklid cara-cara orang lain, padahal belum tentu benar..”
***
Perlu
antum fahami saudaraku, belum ada di Indonesia ini partai berbasis
kaderisasi yang kuat sesolid PKS, yang lain masih mengandalkan figure idolatry
pada tokohnya. Demokrat itu bukan siapa-siapa tanpa SBY, partai Golkar
tidak akan pernah berkibar tanpa akbar tanjung atau abu rizal bakrie,
PDI-P tidak akan langgeng tanpa megawati, PAN hanya akan redup tanpa
figure amin rais, sedangkan PKB hanya akan seperti anak ayam kehilangan
induknya -disorientasi partai- tanpa almarhum abdulrahman wahid -gus
dur-. Saya yakin suatu saat nanti partai tersebut akan rapuh dan
kehilangan masa pendukungnya. Kecuali muncul nama tokoh –figure- baru
yang ”bisa dijual” untuk mendongkrak suara dan menjaring masa
***
Perlu
antum fahami saudaraku, PKS yang dahulu bernama PK (Partai Keadilan)
adalah salah satu partai yang semula sangat saya harapkan menjadi directur of change, menjadi
leader dan motor penggerak bagi perubahan di negeri yang sangat kelam
ini. Partai yang berasal dari jamaah dakwah dengan berbasiskan
kaderisasi yang kuat mengakar. Simpati dan harapan besar itu muncul
manakala ada salah seorang anggota dewannya yang memarkir sepeda motor
diruang parkir senayan yang mirip showroom mobil mewah
***
Subhanallah,
betapa sederhana dan bersahajanya anggota dewan kita saat itu. Dahulu
saat masih bernamaPK (Partai Keadilan) tajam lisan anggota dewan kita
menyuarakan alhaq. Kita benar-benar memiliki taring untuk mengatakan
tidak pada al-bathil. Saat itu saya begitu bangga dan benar-benar
merasakan betapa izzah -kemuliaan- kita sebagai seorang muslim
begitu tinggi. Bangga rasanya diri ini menjadi kader partai. Walaupun
saat itu anggota dewan kita hanya berjumlah tujuh orang. Sedikit memang,
tetapi menggigit, sedikit tetapi berkualitas, sedikit tetapi bisa
menyeret salah seorang koruptor kelas kakap masuk kedalam penjara. Dan
saat ini, saya tidak mendapati itu dilakukan oleh anggota dewan -elite-
PKS
***
Kebanggaan
saya semakin kuat menghujam manakala melihat militansi kadernya yang
luar biasa. Mencitrakan diri sebagai ’partai dakwah’ dengan jargon
bersih, peduli dan profesional menambahkan aroma keharuman dalam
perjuangan. Tapi apa lacur saudaraku, seiring perjalanan waktu dan
tuntutan jaman semuanya pudar. Semuanya berubah dengan cepat hari demi
hari, fase demi fase. PKS sudah tidak yakin lagi dengan jati dirinya
yang dulu. PKS mulai malu memakai nama islam dan mulai risih jika
disebut sebagai partai dakwah. Hingga detik ini, saya teramat yakin
jargon dan idiom lama itu masih melekat dan tersimpan baik didalam hati
tulus setiap kadernya. Tapi kini hal itu hanya menjadi bumbu ’penyedap
rasa’ saja saudaraku. Kenyataannya, semuanya jauh panggang dari api
***
Perlu
antum fahami saudaraku, saya akan menyampaikan sedikit saja contoh
perubahan yang terjadi dalam tubuh jamaah yang kita cintai ini. Hanya
sedikit saudaraku, ’tidak banyak’. Tidak pula memaparkannya dari
berbagai aspek dan sudut pandang, hanya sedikit saja.
-
Dahulu
materi-materi al-wala wal-barro, ghozwul fikr, madza ya’ni intima lil
islam, tarbiyah jihadiyah, tarbiyah ruhiyah, tarbiyah dzatiyah begitu
marak dikaji disetiap lingkaran -halaqoh- dan menghujam pada diri kader
aktivis tarbiyah saat itu. Kini semuanya sudah berubah total,
materi-materi itu mungkin dianggap sudah usang dan dianggap mengganggu
agenda politik partai
-
Dahulu
perangkat tarbiyah untuk menjaga ruhiyah berupa mabit dan qiyamulail
begitu ramai dihadiri oleh para kader. Kini tidur diatas kasur empuk
menjadi pilihan utama para ikhwan karena lebih nyaman daripada mabit
yang dingin dan banyak nyamuk
-
Dahulu
kebersahajaan begitu nampak terasa, teduh mata ini melihat dan bertemu
sesama ikhwah dengan pandangan ruhul jamaah. Sekarang berubah menjadi
nampak begitu angkuh dan terlihat sangat cerdas saling mengintrik sabun
colek antar kader
-
Dahulu
qiyadah kita begitu qonaah dan tawadhu. Entah mengapa sekarang terlihat
berubah. Menjadi begitu sakti, sangar dan ’didewakan’ dengan segala
macam ide besar dan cita-cita politik yang menembus langit
-
Kesederhanaan
bertukar menjadi kehidupan mewah, padahal saya paham betul dahulu masih
pada miskin. Sudah petentang-petenteng seperti bos. Mulai sering tidak
hadir jika diundang mengisi dauroh di kampus dan pengajian dipelosok
desa karena ’sibuk’. Tak lagi suka ceramah dimasjid-masjid, karena tidak
memberikan ’benefit’
-
Ukhuwah berganti menjadi sikat dan sikut, berlomba-lomba mencari order ceramah, permusuhan dan rebutan kursi caleg. ”..saya sudah habis 300 juta lebih..”
-
Pertemuan tersekat jenjang kader, amanah dan lini dakwah; ”gue syiasi, gue dakwi, gue ilmy!”. Senyuman selintas dan pelukan dengan tepukan basa basi
-
Keikhlasan
berganti dengan rasa pamrih, rasa khawatir jika terlihat tidak aktif
ber’amal dipartai atau wajihahnya. Tilawah qur’an karena merasa tidak
enak dengan kader sejawat, hadir syuro karena perasaan tidak enak dengan
mas’ul, bukan karena bagian dari prinsip dakwah. Takut dikatakan tidak
amanah
-
Pro
pada penderitaan rakyat kini berganti berlomba-lomba mencari proyek.
Demi menjaga komitmen koalisi permanen dua periode dengan SBY,mempeti
eskan banyak kasus besar demi menjaga eksistensi presiden agar terbebas
dari pamakzulan, sedangkan suara rakyat yang menjerit seakan tidak
terdengar. ”Ooh tidak benar akhi.. kami tetap memperjuangkan walaupun
harus berhadapan dengan negara..”. Maaf, saya sudah tidak percaya! Basi!
-
Menjadikan SBY sebagai “midholah” (payung pelindung), dengan mengatakan, “Bapak
Presiden SBY, bagi kami kebersamaan dalam koalisi ini bukan sekedar
agenda program politik kami, tetapi itu merupakan aqidah kami, iman
kami”. Subhanallah, luar biasa muroqib ’amm, ketua Majelis Syuro
PKS ini, ’menjual’ aqidah dan iman demi koalisi. Dengan kitab tafsir apa
agar saya bisa memahami maksud perkataannya?
-
Dan
tidak aneh jika terkadang mengikuti selera rakyat. Rakyat suka yang
‘dilarang’ agama, harus diikuti selera mereka. Rakyat suka berjoget.
Rakyat harus dipuaskan. Asal semua mendukung dan memilihnya. Nasyid
sudah tidak laku lagi saat kampanye, lebih memilih band terkenal agar
menarik minat hati orang ammah. Tidak berfikir panjang untuk
mengeluarkan dana ratusan juta, yang penting rakyat terpuaskan dan entah
dimana nilai manfaatnya. Kader pun memilih tsiqoh (percaya) sambil
berkata, ”itu sudah disyurokan oleh orang-orang sholeh di PKS”
-
Aurat
wanita seakan menjadi maklum saat artis terkenal bernyanyi dan
bergoyang diatas panggung kampanye. Disaksikan ribuan pasang mata kader.
Mereka tidak malu, tidak pula merasa risih. Para ummahat dan akhwat-pun
seolah tidak merasa bahwa izzahnyadi injak, bahkan suami tercinta ikut
melihat mendampingi. Ketika salah seorang al-akh yang hanif bertanya
kepada Dewan Syari’ah melalui sms, ”’Afwan akhi, maksudnya kampanye PKS itu apa ya? Hukumnya apa yang begitu itu?”. Make your mouth shut, silent please! Bungkam!
-
Oligarki politik serta diinasty kekuasaan menggantikan perasaan tanggung jawab dihadapan Allah ~’Azza wa jalla~
-
Dahulu
qiyadah kita begitu bersahaja dan menjadi tempat menumpahkan curahan
hati. Sekarang berganti menjadi tampak begitu sangar dan penuh arogansi.
”Lo gak nurut sama gue, mending keluar aje, gabung sama partai laen
atau bikin jama’ah baru!”, atau “Ente kesenayan lagi, gue irup darah
anak bini lu!”. Saya membatin dalam hati, seperti itukah jamaah ini mengajarkan seorang qiyadah?
-
Kadernya
sudah merasa pintar dan cerdas-cerdas, pandai beretorika, pandai
mengeluarkan argumen, pandai mengeluarkan pendapat, pandai merekayasa,
pandai bermain intrikan dan pandai berorasi. Sudah tidak berselera lagi
untuk hadir bermajelis ilmu dalam tatsqif dan kajian mendengarkan
nasehat ust dan taujih robbani
-
Liqo sudah sangat jauh dari semangat taqorub ilallah, ruhul jihad dan ittibaur rasul.
Kini berganti membicarakan politik, rekayasa pemenangan ’dakwah’,
curhat qodhoya, bahkan habis dengan diskusi ngalor-ngidul, candaan
sia-sia. Selesai larut malam tanpa ada semangat baru yang membekas.
Datang telat menjadi hal yang biasa dan sangat maklum. Tidak ada iqob,
baik sekali sang murobbi. Tidak ada catatan materi dibuku, karena
mutarobbi ’sudah hafal’ materi diluar kepala. Tidak pernah ada setoran
hafalan alquran lagi, karena sang kader selalu mengatakan ”aduh, afwan ya akh, ane belom hafal, gimana ya, mm, hehehe”. Pulang liqo larut malam, kecapean, berat untuk qiyamulail, sholat shubuh kesiangan. Teruus begitu, tidak pernah berubah
-
Demo
menolak intervensi asing terhadap negeri-negeri muslim, dimanfaatkan
dalam mengolah isu untuk menakut-nakuti cikeas agar tidak direshufle.
Sekarang semuanya hanya untuk kepentingan politik. Tidak
bersungguh-sungguh berniat membela hak umat islam
-
Untuk
memperlihatkan kepada publik bahwa PKS ini masih solid dan banyak
pendukungnya, akhirnya show of force pada milad 13 PKS di Senayan.
Dikerahkanlah orang-orang dari luar Jakarta, seperti: Banten, Karawang,
Bogor dan Lain-lain. Tujuan politisnya juga jelas, untuk mempromosikan
cagub-cawagub DKI Jakarta. Ketika salah seorang simpatisan ditanya, ”Apa
motivasi ibu datang ke acara milad ini?”.”Aah enggak.. kite lagi jalan-jalan aje mas, maen aja ke Jakarta ngeliat monas begitu..”
-
Dahulu
kita sangat bangga jika bisa demo besar-besaran mengepung kedubes AS di
Jakarta menentang kebijkan standard ganda mereka terhadap negeri-negeri
muslim, terutama di Palestina, Irak, dan Afganistan, tapi sekarang rute
demo PKS sudah dirubah permanen. Pindah dari Monas, Patung Kuda dan
akhirnya HI atau sebaliknya. Kedubes AS sudah tidak akan pernah menjadi
target demo PKS lagi. Dan teriakan, ”Amerika Amerika.. Terorist Terorist..”. Jaminan mutu, sudah tidak akan terdengar lagi
-
Kini
PKS sudah kehilangan sibghoh dakwahnya. Qiyadahnya lebih memilih
melalui jalur taklimat qoror untuk mencuci otak kadernya, mereka sudah
tidak berselera dengan tabayun dan diskusi para asatidz. Qorornya pun
jelas: ”Jika antum masih mengkritisi PKS, silahkan antum keluar
saja. Gabung dengan partai atau jamaah lain atau buat jamaah baru, lalu
kita berfastabikul khoirot”. Masya Allah..
***
Begitu
indah sebuah untaian penuh hikmah dari hamba Allah yang sholeh. Ibnu
Mas’ud mengatakan, “Jadikakanlah qudwah itu orang yang sudah mati,
karena orang yang hidup, tidak pernah aman dari fitnah”
***
Perlu
antum fahami saudaraku, demikianlah tadi keistimewaan PK (sekarang PKS)
dibanding dengan partai lain. Saya juga sudah memberikan sedikit
catatan ringan tentang beberapa perubahan yang terjadi selama ini. PKS
masih bisa menjadi agent of change asal mau memperbaiki diri,
PKS bisa meraih kemenangan jika mau bersabar dalam mentarbiyah umat, PKS
tetap menjadi simpati rakyatnya jika tetap menjaga citra positif
sebagai partai yang bersih dan peduli dengan memperjuangkan nilai-nilai
moral, dan PKS pun akan senantiasa menjadi harapan bagi kadernya jika
tetap menjaga kemurnian dakwah –asholah-, khittah perjuangan dan
kesucian dakwahnya. PKS tidak boleh istijal (terburu-buru) dalam
meraih kemenangan dakwahnya. Walaupun mihwar dakwah begitu cepat,
tribulasi dakwah begitu luar biasa dan tuntutan dakwah begitu besar.
Ingatlah saudaraku, kita ini hendak berdakwah dan mentarbiyah umat.
Membina dan mendidik masyarakat adalah misi utama para nabi dan rasul,
misi utama dalam jamaah kita
***
Betapa
banyak hikmah yang bisa kita petik dari para pendahulu kita yang
sholeh. Ada Nabi yang memasuki pintu syurga dengan begitu banyak
pengikut, adapula yang masuk syurga hanya dengan sedikit pengikut,
bahkan ada yang masuk syurga sendirian tanpa satupun pengikut. Apakah
mereka gagal? Tentu saja tidak saudaraku
***
Perlu antum fahami saudaraku, tidak boleh alat (washilah-partai)
menjadi tujuan dakwah, tidak boleh kursi kekuasaan menjadi ukuran
kemenangan dakwah dengan mengabaikan aspek tarbiyah islamiyah dikampus
dan masyarakat. Bukankah dakwah Rasulullah itu bermula dari pembinaan
pribadi, keluarga dan masyarakat? Bukankah Imam Hasan Albanna dalam
marotibul ’amalnya mengatakan hal yang serupa?
***
Dalam
hal ini syaikh tarbiyah KH. Rahmat Abdullah –Allahuyarham- mengingatkan
kepada kita, “..Jangan sampai nanti orang-orang tarbiyah dibenci
gara-gara orientasi kekuasaan. Dia tidak boleh berbangga dengan
bangunannya, lalu tertidur-tidur tidak pernah mengurus urusan hariannya.
Tetap ia harus kembali pada akar masalahnya, akar tarbiyahnya, mahabit,
tempat kancah dia dibangun..”
***
Dalam buku risalah da’watuna fii thaurin jadiid. Imam
syahid Hasan al-Banna mengatakan;“Bisa saya katakan bahwa yang pertama
kali kita siapkan adalah kebangkitan ruhani, hidupnya hati, serta
kesadaran penuh yang ada dalam jiwa dan perasaan. Kami menginginkan
jiwa-jiwa yang hidup, kuat, tangguh, hati-hati yang segar serta memiliki
semangat yang berkobar, perasaan dan ghirah yang selalu bergelora,
ruh-ruh yang bersemangat, selalu optimis, merindukan nilai-nilai yang
luhur, tujuan mulia serta mau bekerja keras untuk mengapainya”.
Subhanallah, sungguh indah taujih guru-guru kita
***
Perlu
antum fahami saudaraku, dengan didasari rasa keprihatinan yang mendalam
pada gerakan dakwah yang saya cintai ini, sesungguhnya saya memberikan
perhatian yang besar atas sepak terjang qiyadah dan kader dakwahnya
(jama’ah). Saya melihat jamaah ini sedikit demi sedikit mulai keluar
dari prinsip awal pendiriannya. Mulai tergoda dengan hal-hal yang
bersifat nisbi dan keduniaan, mulai terlena memasuki dimensi kebendaan.
PKSmulai berani melakukan manuver politik yang luar biasa menelikung
tajam. Dan celakanya, tidak banyak disadari oleh kader didalamnya. Entah
karena memang tidak memahami perkembangan jamaah atau karena tidak mau
tau, alias cuek. Semuanya dianggap berjalan dengan baik, lurus, tanpa
cela
***
Perlu
antum fahami saudaraku, masih ingatkah antum sebuah teori yang
mengatakan bahwa kekecewaan itu berbanding lurus dengan harapan. Jadi,
kekecewaan yang tinggi itu didasari oleh sebuah harapan -baca: cinta-
yang tinggi pula pada PKS. Saya teramat percaya, bahwa kader-kader PKS
itu bisa dan sangat mampu untuk berbaik sangka
***
Saudaraku,
saat ini saya melihat banyak kader tidak interest dengan kondisi
jama’ahnya. Bahkan ada kader yang sama sekali tidak mengenal qiyadahnya.
Saya jadi bingung sendiri, lalu atas dasar apa para kader itu bisa
tsiqoh bergabung dengan partai? Pemahaman menggunakan prinsip “al-hizbu huwal jama’ah, wal jama’ah hiyal hizb” (partai
adalah jama’ah, dan jama’ah adalah partai) sebatas kalimat semata tanpa
ada kontsruksi pemahaman yang dibangun dengan baik. Bahkan istilah
partai dan jamaah-pun kini menjadi sangat rancu. Yang diketahui kader
saat ini adalah, mereka harus beramal sebanyak-banyaknya karena bekerja
untuk Indonesia adalah Ibadah. Biarlah kebijakan politik, urusan
syari’ah dan aqidah diserahkan kepada qiyadah dan majelis syuro, kita
cukup tsiqoh dan tho’at saja pada qiyadah
***
Alasannya
sangat menarik dan berhujjah, ‘karena tidak ada jamaah tanpa ketaatan,
seburuk apapun kondisi dan fitnah yang melanda, kita wajib taat kepada
qiyadah’ (demikian salah satu petikan isi sms dari salah seorang ust di
BPK DPP PKS). Jika kebijakan politik yang dibuat tidak melabrak nidzom
‘am dan nidzom asasi jamaah, setiap anggota syuro mengikuti proses
musyawarah dengan benar dan tertib, maka hal ini tidaklah mengapa bagi
saya untuk tho’at dan tsiqoh.Sekali lagi saudaraku, saya tidak melihat
hal itu dilakukan oleh PKS
***
Perlu
antum fahami saudaraku, perilaku dan sikap membebek itu bukanlah
karakter seorang kader tarbiyah, sebagai seorang kader yang menjunjung
tinggi nilai pendidikan yang dibangun atas landasan ilmu dan pemahaman,
bukan taklid semata. Imam syahid Hasan Al- Banna mengingatkan kepada
kita tentang makna tsiqoh, -at-tsiqoh, imti’nan fil qolbi-. Tsiqoh itu
menghadirkan rasa ketenangan didalam hati, dengan ilmu dan pemahan yang
benar. Dalam buku majmuatur rosail –risalah pergerakan-, Imam syahid
melarang anggotanya untuk bersandar pada figure pimpinan atau tokoh, allahuyarham
***
Dalam buku majmuatur rosailbab risalah Hal nahnu qaumun ‘amaliyun Imam Syahid Hasan Albanna mengatakan; “..Kader
adalah rahasia kehidupan dan kebangkitan. Sejarah umat adalah sejarah
para kader militan dan memiliki kekuatan jiwa dan kehendak. Sesungguhnya
kuat lemahnya suatu umat diukur dari sejauh mana umat tersebut dalam
menghasilkan kader-kader yang memiliki sifat ksatria..”. Cobalah
renungkan sejenak saudaraku, jika hari ini kita mengaku sebagai kader
dakwah, model seperti apakah antum ini?
***
Perlu
antum fahami saudaraku, sebenarnya, keresahaan saya terhadap jamaah
sudah dirasakan sejak lama. Sejak hingar-bingar politik praktis pada
sebelum dan sesudah pemilu 2009 lalu. Dari mulai komunikasi politik
elite qiyadah, iklan kampanye partai dimedia, keputusan pemilihan calon
presiden, pengkhianatan pada baiat cikopo, parade salaman, sampai pada
perang antar caleg, hingga kisruh soal penetapan ketua DPD Kab.Bekasi.
Jujur saja saudaraku,semuanya saya simpan rapat-rapat didalam hati dan
saat itu saya masih berusaha bersabar dengan mengedepankan husnudzon
tingkat tinggi, mencoba berbaik sangka bahwa semua itu merupakan
rangkaian strategi politik menuju mihwar daulah (menuju tampuk
kekuasaan). Sabar!
***
Qodarullah
saudaraku, pada akhirnya, semua teka-teki tentang kepemimpinan,
sasaran, arah, kebijakan, langkah masa depan yang akan dituju PKS,
semuanya menjadi ‘clear’. Semuanya sudah terekpresikan dalam
Munas II di hotel mewah the Ritz Carlton. PKS tidak lagi menjadi partai
dakwah, yang memiliki jargon kebanggaan ‘bersih, peduli, dan
profesional’,sekarang telah bermetamorfosis menjadi partai ‘terbuka’,
yang diorientasikan bagi semua golongan. Dengan jargon baru,‘Bekerja
untuk Indonesia’. Setelah sebelumnya, wacana menjadi partai
terbuka sudah digulirkan pada pelaksanaanMunas II PKS di Bali tahun 2008
lalu, namun wacana ‘partai terbuka’ sempat gagal karena sebagian
anggota majelis syuro keberatan dengan ‘ide besar’ ini. Qiyadahnya
semakin ambisus saja, sehingga pada Munas selanjutnya di Ritz Carlton,
ide ‘partai terbuka’ pun akhirnya hanya tinggal ‘ketok palu’. Berjalan
dengan lancar, dan tidak ada ‘dissent’ (perbedaan), setuju secara
aklamasi. Semua sepakat, PKS tidak menampik ada rencana perubahan pada
AD/ART partai terkait dengan pengakomodasian kalangan non-muslim untuk
menjadi pengurus dan pimpinan PKS disetiap level struktural partai
***
Perlu
antum fahami saudaraku, itu baru PKS saja, ternyata ada hal lain yang
begitu menyita perhatian saya, menambah daftar runyamnya suasana dan
beban pikiran bagi saya selain permasalahan PKS, yaitu permasalahan
dakwah kampus yang hingga saat ini belum menunjukkan perubahan yang
lebih baik. Saya perhatikan hampir sebagian besar tandzim dakwah kampus
bermasalah, pergerakan mahasiswa kini menarik diri kedalam, tidak ada
yang berani bersuara lantang lagi mengkritisi pemerintah. Entah karena
perwakilan kita ‘diatas’ sana menjadi mitra baik, bermusyarokah,
berkoalisi dengan partai pemenang pemilu. Tentu antum sudah memahami itu
semua
***
Yahya bin Mu’adz berkata,“Sebesar apa kesibukanmu terhadap Allah, sebesar itu pula kesibukan makhluk terhadap dirimu”
***
Perlu antum fahami saudaraku, sebesar apa keseriusan kita dalam mendekati dan mencari ridho Allah ~’Azza wa jalla~,
sebesar itu pula respon masyarakat terhadap dakwah kita. Jika kita
bersikap santai dan dingin dalam perjuangan ini, maka begitu pulalah
sikap masyarakat terhadap seruan kita. Jika iman lemah, hati keras, maka
kita melihat usaha kita kurang memberi manfaat meski kita banyak
bergerak –bekerja-. Kesulitan kita dalam mengkader sangat terasa sekali
dikampus ini, seakan-akan keberkahan dakwah itu pergi meninggalkan kita.
Kesulitan dalam mengkader adalah bukti dari orientasi dakwah kita ada
yang salah, serampangan dalam mengeksekusi program, asal dalam menaikan
marhalah muda karena alasan kebutuhan ‘mendesak’ dan ‘kepepet’, ditambah
dengan thullabi yang tidak tahu diri melihat ‘amunisi’. Saya melihat
fokus kita tidak lagi mentarbiyah orang untuk mengenal islam dengan
lebih baik dan mengantarkannya pada hidayah Allah, akan tetapi sibuk
mengurusi perekrutan partai dan mengambil porsi besar pada agenda
politik kampus
***
Mursyid
‘Amm ke-3 Ikhwanul Muslimin, syaikh Umar al-Tilmisani -rahimahullah-
ketika beliau melihat keterjerumusan para pemuda di bidang politik dan
kurang perhatian pada sisi-sisi Islam yang lain, menulis dalam buku
Limadza A’damuuni: Tetapi sangat disayangkan di saat aku menulis tulisan
ini pada tahun delapan puluhan, bahwa kegiatan generasi muda yang
terjun dalam medan Islam, nyaris terbatas pada bidang politik saja.
Seakan-akan mereka tidak mau kembali dakwah kepada agama Allah kecuali
dari arah politik
***
Sesungguhnya
dakwah kepada kekuasaan adalah perkara yang penting. Tapi apakah dakwah
kepada kekuasaan ini akan menjadikan kita lalai dengan dasar agama
Islam? Tentu jawabannya: Tidak.
***
‘Likulli
marhalatin ahdafuha, likulli marhalatin rijaluha’. Setiap sejarah
memiliki tantangannya sendiri, dan setiap sejarah memiliki rijal
(pemimpinnya) masing-masing
***
Perlu
antum fahami saudaraku, setiap orang memiliki fasenya sendiri dalam
mengalami titik ledakan karena kejenuhan. Saat ini saya mengalami
akumulasi dari banyaknya informasi masalah yang menumpuk. Kesabaran saya
seolah tidak terbendung lagi saat mengetahui salah seorang anggota
dewan bernama Arifinto melakukan hal sia-sia yang mengakibatkan ‘tsunami
dakwah’,membawa ratusan fitnah menerjang kader grassroot dan
masyarakat. Mau tidak mau, kepercayaan publik terhadap PKS sebagai
partai yang bersih dan menjunjung tinggi nilai moral, kini sedikit demi
sedikit mulai luntur. Saya pun baru memahami, ternyata semua itu
hanyalah sebagian kecil masalah dari tumpukan gunung es yang suatu saat
akan mencair dan runtuh. Sungguh semuanya akan menjadi “beban sejarah”
yang terlampau berat dan amat sulit terlupakan saudaraku. Kita harus
membayarnya dengan cost waktu dan social yang tidak sedikit. Terlepas
itu sebuah ‘kecelakaan’ atau bukan, kader tetap harus membayar mahal
atas semua yang terjadi. Kader pun dituntut untuk menjelaskan kepada
masyarakat dengan jujur. Bukan qiyadah saudaraku, tapi kader dibawah.
Allahu Akbar!!
***
Perlu
antum fahami saudaraku, dari titik inilah, saya mulai memberanikan diri
mengkritisi PKS melalui tulisan. Alasan saya memposting tulisan-tulisan
tentang sikap elite difacebook karena saya sudah teramat ’mual’ dengan
dunia politik dan sikap elite partai. Saya mengakui tulisan pertama yang
saya posting bernada keras dan amat tendensius, ini karena saya sudah
sangat marah. Sehingga tulisan saya soal kasus arifinto mendapat
tanggapan yang keras pula dari ikhwah sesama kader, bagi saya ini
sesuatu hal yang wajar. Ada aksi, ada reaksi.
***
Perlu
antum fahami saudaraku, akhirnya yang terjadi adalah sikap antipati
yang berlebihan terhadap saya. Kader tidak mencermati isi tulisan yang
saya buat, melainkan terfokus kepada penulisnya –saya sendiri-. Bagi
mereka, saya telah membuka aib orang lain. Padahal yang membuat saya
sangat marah bukan soal beliau melihat gambar atau nonton ’film
perjuangan’ ditablet-nya, tetapi statmen beliau dimedia yang menyatakan
diri berfikir ulang untuk mundur dari keanggotaan DPR. Saya berpendapat
bahwa beliau sangat tidak pantas mengatakan hal seperti itu karena
secara tidak langsung publik pun dapat menilainya. Dari sini pula saya
mulai disoroti oleh kader, banyak kader yang mulai membela anggota dewan
tersebut dengan memberikan takwilnya masing-masing, tidak sedikit yang
sentimen terhadap saya dan memberikan vonis serta julukan yang ”sangat
hebat”
***
Perlu
antum fahami saudaraku, banyak data dan informasi yang masuk ke saya.
Baik melalui diskusi, forum sms, website, kiriman e-mail atau sms
langsung dari beberapa asatidz. Selain itu saya juga searching di
internet untuk sekedar melihat informasi seputar hiruk pikuk politik
Indonesia.
***
Perlu
antum fahami saudaraku, jika kita mencermati ilmu periwayatan hadist,
maka bisa saya katakan bahwa pembentukan informasi berita yang
disampaikan oleh media itu bernilai lemah –dhoif-karena terputus
sumbernya
***
Walaupun
kemungkinan besar rekayasa media sangat dominan terjadi, perlu kita
fahami bahwa tidak setiap informasi yang disampaikan adalah salah –bathil-. Saya
akui bahwa hari ini media masa menjadi penguasa yang sesungguhnya.
Medialah yang membuat isu, mengarahkan persepsi, mengatur ritme sosial
politik bangsa, memanage konflik hingga ’tawar-menawar politik’
***
Perlu
antum fahami saudaraku, jika kita cermati, sebenenarnya tidak ada yang
rugi dari pemeberitaan media masa, karena semuanya sudah diatur dalam
undang-undang ITE. Sekalipun pemberitaan itu fitnah dan dusta. PKS bisa
dengan sangat mudah secara langsung mengklarifikasi dan memberikan hak
jawabnya. Melakukan klarifikasi media masa tidak menyita banyak waktu,
toh ada humas yang siap memberikan pernyataan sikap. Jika ternyata media
masa itu berbohong dan melakukan fitnah. Bersyukurlah PKS karena bisa
memberikan somasi, menuntut, bahkan memperkarakan media masa yang telah
membuat fitnah tersebut. PKS juga akan mendapatkan ’benefit’ tambahan
bagi jamaah karena menerima uang denda. Tidak ada hal rugi dari sebuah
media, yang ada justru PKS malah membiarkan informasi salah dan fitnah
itu dibaca oleh jutaan pasang mata karena tidak pernah diklarifikasi
sama sekali, ada unsur pembiaran. Dan anehnya, kadernya diperintahkan
agar tidak percaya pada media masa
***
Perlu
antum fahami saudaraku, apapun namanya, media akan terus menyampaikan
informasi dan pemberitaannya, kecuali telah mendapatkan intervensi
pelarangan terbit, ancaman dan suap politik untuk menutupi sebuah
kedzaliman. inilah media. so, its fine!
***
Sedikit
curhat, beberapa bulan belakangan ini saya merasa sangat sedih sekali.
Semenjak kajian saya diboikot dan saya dibilang macem-macem oleh kader.
Dibilang tukang buka aib orang, tukang fitnah, tukang ghibah, barisan
sakit hati, kader yang kecewa dengan PKS, dibilang kurang kerjaan,
dibilang melemahkan jamaah, bahkan ada ikhwah yang menyarankan agar saya
membuat jamaah aib dan ghibah saja, Dan yang paling membuat saya sakit
hati adalah kuliah saya dibawa-bawa. -astaghfirullahal adhim-
***
Semenjak
kejadian itulah saya merasa sangat terpukul, sakit hati, dan sedih yang
berkepanjangan. Sampai-sampai saya tidak kuliah selama dua bulan lebih
dan mengurung diri dikosan. Saya merasa sangat kehilangan, saya merasa
sangat bodoh memahami makna ghibah, semangat saya serasa terbang keluar
dari jasad seperti asap, saya seperti tidak memiliki izzah –kehormatan-
dan muru’ah -citra diri- pun seakan-akan hancur. Jujur saja, sepanjang
hidup saya, baru kali ini merasakan keadaan yang sangat terpuruk,
depresi berat dan futur yang berkepanjangan. Faghfirli ya rabbi…
***
Inilah
saya saudaraku, saya begitu lemah, keimanan dan keikhlasan saya mudah
terganggu, saya hanya tukang contek alquran, hadist dan perkataan ulama,
saya bukan ahli tafsir, saya bukan ahli hadist, hafalan quran saya pun
buruk. Saudaraku, saya tidak sekuat, seistiqomah dan sesabar kader yang
lain, saya tidak secerdas qiyadah saya distruktur partai, saya tidak
pandai menafsirkan logika-logika para qiyadah, saya tidak ingin larut
dengan hal-hal yang tidak pasti dari permasalahan politik yang bias dan
abnormal, saya hanya ingin kehidupan saya tenang dan bahagia mengikuti
aturan islam, saya hanya bisa melihat, merasakan dan meraba-raba apa
yang terjadi, saya tidak mau mempersulit diri dengan hal yang ‘ghoib’.
Yang saya bisa hanyalah bertaqwa kepada Allah sebisa dan semampu saya.
Saya bersyukur karena masih dapat menangis, semoga ini pertanda hati
saya tidak mati. Saya bersyukur karena Allah masih mengkaruniakan
keimanan walaupun sedikit
***
Kepada
ikhwah yang merasa mendapatkan ilmu dan manfaat dari tulisan ini, saya
katakan bahwa kalau itu memang ilmu yang benar, maka itu datangnya
semata dari Allah Ta’ala. Kalau salah, maka itu datang dari kelemahan
saya. Semoga Allah mengampuni saya dan kita semua
***
Kepada
ikhwah -dan pengurus PKS- yang merasa jengkel dengan tulisan-tulisan
saya, setulusnya saya mohon maaf. Tidak ada sedikitpun niat saya kecuali
untuk menjaga jama’ah tetap berada pada rel dakwah
***
Permohonan
maaf yang mendalam terhatur kepada keluarga tercinta, para murobbi
tercinta yang sempat membina saya -ust hasyim kurdi, ust marhadi, ust
nur yasin, ust luthon alfaridhu dan ust hermawan prasojo- antum semua
adalah guru saya, kepada teman liqo dan kampus, kepada ikhwah di
struktural dpd banyumas, sahabat perjuangan, dengan setulus hati saya
memohon maaf kepada antum/na atas semua salah, cacat dan khilaf selama
ini. Maafkan saya karena telah banyak menyita fikiran antum, saya telah
banyak merepotkan antum
***
Kepada
ikhwah yang selama ini sudah mengenal saya secara langsung, maka
hubungan ukhuwah kita tidak akan putus kecuali Allah menghendaki
demikian. Hak-hak sesama muslim tetap terjaga. Kepada ikhwah yang belum
mengenal dan bertemu saya secara langsung, mudah-mudahan suatu saat
Allah mempertemukan kita
***
Kepada
para asatidz, ikhwah dan forum sms yang selama ini sudah mendukung,
menjaga dan menasehati saya, mengkritisi saya kalau saya keliru, semoga
Allah Ta’ala membalas antum semua dengan kebaikan
***
Kepada
semua ikhwah, saya menyadari bahwa ujian terberat dalam berjamaah
muncul dari dalam jamaah itu sendiri, anggaplah apa yang terjadi dalam
jamaah ini adalah sebuah ujian bagi sebuah gerakan dakwah. Sebuah ujian
yang sudah ratusan mungkin ribuan kali ditimpakan kepada sebuah kaum,
ada yang selamat tapi lebih banyak yang gugur, karena ujian dalam bentuk
kenikmatan duniawi memang lebih berat daripada ujian berupa kesulitan
***
Syaikhut tarbiyah K.H Rahmat Abdullah, allahuyarham. Telah mengingatkan kepada kita akan hancurnya nilai-nilai luhur seiring kerasnya hati karena kian jauh dari Allah ~’Azza wa jalla~. Telah disampaikan oleh beliau dalam pilar asasiyat. Tarbawi edisi 83/ 29 April 2004:
—
“Ketika
anak-anak bangsa tak lagi mampu memahami sindir sampir, petatah petitih
atau kias metafor, maka itu pertanda kiamat bangsa itu sudah diambang
pintu. Tentu saja tidak dimaksud dengan kiamat itu, kehancuran
fisik, melainkan kiamat nilai-nilai mulia yang selama ini mereka hayati.
Mereka telah hidup dalam dimensi-dimensi kebendaan yang pekat, dominan
dan refleks”.
***
Segala
puji bagi Allah, rabb semesta alam. Kini saya pun menyadari bahwa
kesalahan terbesar dalam hidup saya, ternyata selama ini saya sangat
mencurahkan harapan yang sangat besar kepada PKS, saya melupakan Allah sebagai tempat meminta segala sesuatu (Allahusshomad) QS. 112:2 dan
tempat menyandarkan harapan. Saya pun menyadari betul bahwa saya begitu
lemah, keikhlasan saya mudah terganggu dan penyakit hati mulai menyebar
dengan cepat saat saya marah dan emosi
***
Ibnu Taimiyah didalam Majmu Fatawanya jilid 1 menuliskan, “Berharaplah
pada Allah ditengah-tengah manusia dan jangan berharap kepada manusia
dijalan Allah. Takutlah kepada Allah ditengah-tengah manusia dan
janganlah takut kepada manusia dijalan Allah”
***
Alhamdulillah dengan hati yang yakin, mantap dan ringan, dengan menyebut asma Allah ~’Azza wa jalla~
saya menyatakan keluar dari struktural PKS. Tidak lagi menjadi kader
partai, dan sama sekali tidak ada rasa kebanggaan. Secara perlahan dan
sedikit demi sedikit saya mulai melepaskan PKS dari hati dan pikiran
saya dan alhamdulillah saya merasa lebih ringan. Semoga kehidupan saya
selanjutnya lebih barokah, lebih fokus pada kuliah dan masa depan saya,
bisa lebih tenang dalam berdakwah, lebih sabar dalam membina masyarakat,
serta dapat lebih adil dan bijaksana dalam berukhuwah dengan saudara
saya baik di tarbiyah ataupun jamaah dan harokah lain atas landasan
islam dan ukhuwah islamiyah. Insya Allah.
***
Taushiyah
terakhir saya sebagai penutup tulisan ini, “Betapa banyak orang bersama
kami, tapi sesungguhnya mereka itu hakikatnya tidaklah bersama kami.
Namun sebaliknya, betapa banyak orang yang tidak bersama kami, tetapi
sesungguhnya mereka bersama kami -karena berjalan pada visi misi,
prinsip dan manhaj dakwah yang lurus-“. Demikianlah kaidah dalam dakwah
mengatakan. Saudaraku, sunnah dalam dakwah ada yang tetap dan berubah.
Begitu pula dengan PKS, begitupula dengan saya
***
Wallahu ‘a lam bisshowab..
Purwokerto, 1 Sya’ban 1432 H. 3 Juli 2011. 14:35 WIB
***
-Kembali pada asholah dakwah..!!-
Agus Supriyadi
***
Catatan
: Qodarullah tanpa disangka, ternyata tanggal 3 Juli bertepatan dengan
hari lahirnya syaikh tarbiyah –almarhum- K.H Rahmat Abdullah
–allahuyarham-. Semoga disuatu masa nanti, akan lahir kembali murobbi
seperti beliau, murobbiyah seperti –almarhumah- Hj. Yoyoh Yusroh
-allahuyarham-. Saudaraku, ternyata Allah Ta’ala begitu mencinta mereka.
Semoga Allah memasukkan beliau kedalam syurga firdaus, insya Allah.
Amiin
Dikutip dari Forum Kader Peduli PKS.
-----------------------------------------------------xXx---------------------------------------------------
Secara jujur, ane udah lama merasa seperti jiwa ini menghilang. Makna Liqo nggak ada rasanya. Tarbiyah, seakan hanya sebuah keharusan tanpa ada nya tekanan kepada hati ini.
Ane membayangkan seandainya Ust.Rahmat Abdullah melihat kondisi sekarang, apa yang akan beliau katakan? Mengejar posisi dan jabatan di negara dengan embel-embel untuk mempermudah proses perubahan, 'Menegakkan islam di tanah Indonesia'. Begitulah..
Entahlah.
Ane sudah tidak faham...
Ane hanya merasa ini sudah berbeda. Bukan berbeda dalam masalah besar atau kecilnya partai. melainkan berbeda dalam hal masalah keyakinan masing-masing kader.
Liqo, yang dibahas selalu masalah partai dan hal-hal terkait. terkadang malah materi aslinya terabaikan.
Tidak ingatkan hadist yang mengatakan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan?
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :
افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ
فِرْقَةً ، وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ
وَسَبْعِينَ فِرْقَةً ، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ
فِرْقَةً.
Artiya:
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah saw telah bersabda: Kaum
Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh
puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh
puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan
terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan.
Aduh.. begitu menakutkan. Ane sudah tidak faham lagi. Biarlah waktu yang menentukan