Foto diambil dari Islamedia
Berikut ana mau share tentang suatu perkataan dari ust. Rahmat Abdullah(Alm.)
Semoga dengan membaca ini semakin memperkokoh kita di jalan dakwah yang semakin berliku..
Aku rindu zaman ketika halaqoh
adalah keperluan,
bukan sekedar sambilan apalagi
hiburan …
Aku rindu zaman ketika mambina
adalah kewajiban
bukan pilihan apalagi beban dan
paksaan …
Aku rindu zaman ketika dauroh
menjadi kebiasaan,
bukan sekedar pelangkap pengisi
program yang dipaksakan …
Aku rindu zaman ketika tsiqoh
menjadi kekuatan,
bukan keraguan apalagi
kecurigaan …
Aku rindu zaman ketika tarbiyah
adalah pengorbanan,
bukan tuntutan, hujatan dan
obyekan….
Aku rindu zaman ketika nasihat
menjadi kesenangan
bukan su’udzon atau
menjatuhkan …
Aku rindu zaman ketika kita
semua
memberikan segalanya untuk
da’wah ini …
Aku Rindu zaman ketika nasyid
ghuroba
manjadi lagu kebangsaan…
Aku rindu zaman ketika hadir liqo
adalah kerinduan
dan terlambat adalah kelalaian …
Aku rindu zaman ketika malam
gerimis
pergi ke puncak mengisi dauroh
dengan uang yang cukup2
dan peta tak jelas …
Aku rindu zaman ketika seorang
ikhwah
benar-benar berjalan kaki 2 jam
di malam buta sepulang tabligh
da’wah di desa sebelah …
Aku rindu zaman ketika pergi liqo
selalu membawa infaq, alat tulis,
buku catatan
dan qur’an terjemah ditambah
sedikit hafalan …
Aku rindu zaman ketika binaan
menangis
karena tak bisa hadir di liqo …
Aku rindu zaman ketika tengah
malam pintu diketuk
untuk mendapat berita kumpul di
subuh harinya …
Aku rindu zaman ketika seorang
ikhwah
berangkat liqo dengan wang
belanja esok hari untuk
keluarganya …
Aku rindu zaman ketika seorang
murobbi
sakit dan harus dirawat,
para binaan patungan
mengumpulkan dana apa adanya
…
Aku rindu zaman itu …
Ya Rabb …
Jangan Kau buang kenikmatan
berda’wah dari hati-hati kami …
Ya Rabb …
Berikanlah kami keistiqomahan di
jalan da’wah ini …
KH RAHMAT ABDULLAH