Tuesday, April 19, 2011

Antara Kesalahan dan makian


Berapa kali kita melakukan kesalahan?


Berapa kali kita berbuat salah?


Apakah kita belajar dari kesalahan itu?


Apa yang dilakukan orang yang ada di dekat anda saat kesalahan itu terjadi?


Ketika manusia kerap kali melakukan kesalahan, maka seringkali datang cercaan kepada manusia tersebut. Padahal kesalahan itu akan menjadi proses pembelajaran kita sebagai manusia untuk tidak mengulang kembali kebodohan yang sama atau kembali jatuh kedalam lubang yang sama. Namun, saat cacian dan makian itu datang, maka rasa takut akan menyergap dan blaarrr….Hidup dengan penuh tekanan, “indah” dan memuakkan.


Menyedihkan memang. Ketika kecil, semasa balita umur satu hingga lima tahun, saat-saat itulah proses pembelajaran kita sebagai manusia dimulai. Kita mulai berjalan, tanpa rasa takut untuk jatuh. Kita mulai menaiki sepeda, tanpa kekhawatiran akan lecet. Saat umur enam tahun, dimulailah pembatasan yang menjadikan timbulnya rasa khawatir dalam diri kita. Tidak dalam bentuk cacian, namun dalam bentuk ungkapan kata larangan yang sering disebut sebagai kasih sayang. Ketika beranjak dewasa, kita mulai mengejar nilai-nilai untuk membanggakan orang tua kita. Nilai, hanya sebuah penentu apakah kita akan bekerja di posisi yang bagus atau tidak. Dan saat mendapat nilai yang tidak memuaskan, kita akan menyumpah, bahkan padaNya yang maha pemurah. Masuk dalam pekerjaan, sang pimpinan meminta kesempurnaan, dan kita diharuskan untuk menyempurnakan itu. Saat berbuat yang dianggap benar oleh sang pimpinan, maka kita akan dipuji dan diberikan kenaikan posisi atau keanekaragaman praise lainnya. Kebalikannya, tentu saja hanya makian dan cercaan bahkan dipecat.


Menyedihkan, terlalu menyedihkan. Rasanya hidup pun tidak ada artinya. Tekanan tidak akan membuat kita sebagai manusia maju. Hanya akan membatasi pikiran kita dari melakukan hal yang sebenarnya ingin kita lakukan. Dobrak kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan jangan mengikuti pendahulu kita dengan pikiran dan metode yang diterapkan.


Hidup ini bukan tekanan.


“Saat manusia merasa hidup, kebahagiaan akan mendatanginya sebagaimana seekor lebah mendatangi bunga”<141_14>

No comments:

Post a Comment

Your Comment is Our Order, Your Majesty